Lalu kami duduk di meja teras.
Kediaman cukup lama menyelimuti, mungkin ia juga merasakan hal sama. Tak tahu harus memulai dari mana percakapan yang ingin kami bawa. Karena kami dipertemukan lagi melalui putrinya, jadi kupikir menanyakan kabarnya adalah permulaan yang baik.
"Bagaimana keadaan putrimu?"Â
"Dia sudah membaik, secara fisik."
"Syukurlah,"
"Terima kasih, kau sudah menyelamatkannya. Itu sangat berarti bagiku,"
Kuanggukan kepala pelan sebagai sahutan, "Berapa usianya?"
"Minggu depan-tepat delapan tahun,"
Senyum tipis tersungging di ujung bibirku, "Kenapa kau memberitahuku, kau tak berniat mengundangku, kan?" sahutanku membuat Lea menatapku. "Jujur, aku jadi benci pesta ulangtahun," lanjutku tanpa membalas tatapannya.
"Apa kau juga membenciku?" tanyanya pelan, "Lalu kenapa kau selamatkan putriku?"
"Dia masih kecil, dan dia tak tahu apa-apa. Haruskah aku menghukumnya?"Â