"Pa!" panggilku. Tapi papa masih tetap berjalan kembali ke kamar dengan lesu, "pa, aku hanya...!" papa menutup pintu kamarnya rapat.
Tentu papa masih pantas untuk dicintai. Sangat pantas!
Albert mendudukan dirinya di kasur, dalam hati ia membenarkan ucapan putranya. Kenyataannya, Gisela meninggalkannya demi pria lain yang menurutnya lebih menarik, lebih menyenangkan. Apalagi sekarang? Sekarang dirinya sudah berusia 44 tahun, mana mungkin wanita muda seperti teman dinnernya malam ini akan benar-benar tertarik padanya? Selain hanya demi kesenangan dan materi seperti yang Alan katakan. Tapi entah mengapa, ia yakin wanita teman chattingnya di YM itu berbeda.
Sementara di sebuah restoran, seorang wanita muda duduk di sebuah meja yang sudah dipesan Albert. Sesekali dia menengok ke pintu masuk. Dan orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Dia tak pernah mendapatkan teman ngobrol yang cocok seperti Albert. Yang bisa diajak bertukar pikiran dengan baik. Meskpun Albert sudah berkepala empat dan memiliki putra yang sudah ABG, tapi pria itu tetap menawan. Wanita itu memang tak berharap mereka memiliki hubungan yang lebih. Untuk saat ini, berteman saja cukup. Selanjutnya...biarlah waktu dan takdir yang akan menentukan.
Â
__________o0o__________
Â
Selanjutnya, Pengantin Papaku (3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H