"Kau ini selalu banyak protes, sekali-kali menghibur dirilah..., biar otakmu tak terkungkung terus oleh si Laras. Ok friends, anggap saja Laras sudah mati mengenaskan dengan selingkuhannya!"
"Apa!"
"Intinya..., lupakan dia. Perek seperti Laras itu tidak pantes buat kau cintai, kan aku sudah bilang padamu..., cinta itu bullshit. perempuan jaman sekarang itu semuanya matre dan murahan, yang ngakunya elit saja..., tetap merayu pria-pria kaya sampe rela tidur cuma buat kemewahan. Udahlah..., males membicarakan itu. Aku mengajakmu kesini untuk fun, bukan membicarakan cewe. Yuk!" seru Yoga mendorong bahu Satria dan mendorongnya berjalan lebih dulu.
Mereka duduk di sebuah meja yang masih kosong, Yoga celingukan mencari sesuatu lalu berbisik pada Satria, "Sat, karena kau tak suka minum dan kebisingan di sini, bagaimana kalau kita karaokean saja. Di lantai atas ada ruang VIP dengan paket empat cewe pemandunya?" usul Yoga.
"Apa, gila kau Yo!" sontak Satria dengan ide gila sahabatnya, "bukannya tadi kau bilang kau sudah booking seseorang, sekarang mau nambah empat cewe?"
"Yang itu kan buatmu, yang cewe-cewe ini buatku. Santai saja kawan, kalau kurang ku kasih satu buat kau deh!"
Satria menggeleng kesal.
"Bentar ya!" seru Yoga lalu berdiri dan berjalan menerabas keramaian. Kini Satria duduk sendiri di sana, kalau Yoga memang sering datang ke tempat itu makanya ia sudah cukup kenal dengan beberapa orang.
Seorang wanita menghampiri Satria, langsung duduk dan menyentuh bahunya. Menanyakan sesuatu, tapi Satria menolaknya dan wanita itupun menyingkir. Saat ini pria 34 tahun itu memang masih patah hati setelah wanita yang di cintainya selingkuh dengan pria lain yang lebih kaya dan lebih berkedudukan darinya. Dan sepertinya ia mulai membenarkan perkataan Yoga bahwa sudah tak ada lagi wanita yang baik dan suci di jaman sekarang ini.
"Hai, jangan mematung saja!" suara Yoga membuyarkan lamunannya, berdiri menggandeng seorang wanita. Kepala Satria terangkat ke arah keduanya, dan terpatri ke sosok di sisi sahabatnya. Perlahan ia berdiri tanpa mengalihkan arah pandangnya.
Mengetahui mata sahabatnya tak berkedip bak melihat bidadari, Yoga menyimpulkan senyum nakal, "woi!" serunya menyentikan jarinya di depan Satria. Membuatnya terperanjat, Satria langsung salting.