"Kak Erik!" ulangnya karena tak mendapat tanggapan, "eh, iya!" sahut Erik kembali ke si penelpon, Rocky berdiri menghampiri Sonia di pintu. Gadis itu memakai pakaian yang ia berikan padanya, dan itu menciptakan senyuman di hatinya karena baju pemberiannya sudi di kenakan oleh gadis itu.
"Rik!" Rocky kembali menoleh ke Erik dan Erikpun menoleh dengan panggilannya, Rocky memberi bahasa isyarat kepada Erik kalau dirinya dan Sonia siap pergi, Erik hanya mengangguk lalu mengibaskan telapak tangannya seolah mengusir. Sonia masih sedikit penasaran dengan siapa Erik berbicara di telepon, maka ia bertanya pada Rocky ketika mencapai mobil.
"Itu siapa yang berbicara dengan Erik, kok kelihatannya... Erik sedikit salting gitu?"
"Aku juga nggak tahu, pacarnya mungkin!" jawab Rocky sekenanya. Sonia menatapnya aneh, "pacar, tapi setahuku..., Erik nggak punya pacar deh!" herannya seraya memasuki mobil yang pintunya di bukakan oleh Rocky. Rocky tersenyum padanya, ketika Sonia sudah memasang seatbelt, ia berseru, "tadi itu suara seorang gadis, dan..., wajah Erik cukup merona saat mengangkat telponnya!"
"Benarkah?"
Rocky mengedikan bahu sebagai jawabannya, "kalau benar..., awas saja..., dia punya pacar tidak bilang-bilang!" kesalnya menggerutu, Rocky melanjutkan senyumannya lalu menutup pintu mobil. Ia berjalan melewati cap depan mobil untuk bisa duduk di balik kemudi.
"Mungkin masih tahap PDKT, tapi..., kelihatan banget loh kalau Erik suka sama si penelpon itu!" Rocky berusaha mengompori, sekalian ia ingin tahu seperti apa hubungannya dengan Erik, apakah benar Sonia hanya menganggap Erik seperti kakaknya? Sonia masih menerka-nerka apakah itu benar?
* * *
Dimas hanya mengaduk-ngaduk sarapannya di sebuah caffe tenda, Resma memperhatikan hal itu. Ia tahu pemuda itu tidak menyukainya karena ada gadis lain, tapi ia memiliki kesempatan untuk bisa merebut hatinya. Pertama ia lebih di setujui oleh papanya Dimas, kedua, gadis itu sudah ada pemuda lain.
"Di, gimana kalau kita pergi ke tempat lain aja!" usulnya memecah keheningan, karena sedari tadi tak ada percakapan di antara mereka. Dimas hanya melirik, tak menyahut. Resma tahu ajakannya itu tidak di gubris, kalau bahkan di ajak bicarapun tak bisa bagaimana untuk merebut hatinya?
Sekarang Resma yang memasang wajah muram, dalam hati ia bertanya-tanya, apakah dirinya kurang cantik? Kurang menarik? Kenapa pemuda itu sama sekali tak meliriknya?