Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 38

13 Februari 2016   20:17 Diperbarui: 17 Februari 2016   18:20 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Keluar!" usirnya, "Nicky!" panggilnya lagi.

"Keluarrrrr!" teriaknya lantang membuat tubuh Ivana terlonjak, punggung pria itu naik turun. Ivana tahu memang harusnya ia memberitahu Nicky saat itu juga bukan Rizal, mungkin Nickylah yang akan menyelamatkan Liana.

"Maafkan aku!" ucapkan sekali lagi lalu meninggalkan ruangan itu. Ia menutup kembali pintunya rapat.

Nicky mengepalkan tinjunya di atas meja dengan geram,

"Aku pergi, karena kau tak bisa percaya padaku_____harusnya kau tak perlu menikahiku____aku masih bisa hidup tanpa namamu!"

Ucapan-ucapan Liana kembali menghantam benaknya. Ia juga ingat tatapan wanita itu ketika dirinya mengucapkan kalimat yang tidak pantas padanya, kalimat yang hanya pantas ia lontarkan untuk para pelacur. Liana tak mengucap apapun kecuali satu kata usiran dan pergi ke kamar. Tapi wanita itu menemuinya seolah tak pernah terjadi hal buruk padanya, padahal dia telah mengalami, mungkin....begitu banyak hal buruk tanpa sepengetahuannya. Dan hanya Rizal, hanya Rizal....yang menjadi pelindungnya. Bukan dirinya.

"Bahkan mungkin, kau tak pernah mencintaiku. Kau tak pernah mencintaiku!"

Sekali lagi kalimat itu muncul dan begitu menusuk dadanya, setitik buliran bening mengalir di pipinya dan jatuh ke meja. Rasanya begitu sakit mengetahui kebodohannya sendiri.

"Arghhhh...., harghhhhh!" teriaknya menyambar semua barang di atas mejanya hingga berhamburan. Terdengar bunyi gaduh jadinya, ia juga melempar kursi di sampingnya hingga terbalik. Nafasnya begitu tak beraturan, pipinya basah. Lalu tangisnya pecah seiring ia membiarkan dirinya jatuh bersimpuh di lantai.

Ia bisa merasakan ketakutan dalam ciuman Liana tadi siang, ya, ia bisa merasakannya sekarang. Itu bukan sebuah nafsu, bukan sekedar gairah seksual, tapi sebuah gairah permohonan. Permohonan perlindungan yang tak mampu ia baca, wanita itu membutuhkannya. Membutuhkan perlindungannya, tapi apa yang telah ia lakukan? Ia telah di butakan oleh rasa cemburu, ia bahkan telah melecehkan istrinya sendiri seperti wanita murahan. Dan sekarang.....

Apa yang harus di lakukannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun