Rizal menemukannya sedang duduk di lantai di bawah kucuran air kran, botol sabun cair sudah kosong terabaikan di lantai kamar mandi, masih terlihat bekas sisa busa di lubang pembuangan air di sudut kamar mandi itu. Liana menghabiskan sebotol penuh sabun cair untuk membersihkan tubuhnya. Dan ia terus saja menggosok tubuhnya dengan tangan dengan pakaian yang masih menempel lengkap. Airmatanya bercambur dengan air yang mengguyur tubuhnya, entah sudah berapa lama wanita itu melakukannya?
Saat Rizal menyentuhnya ia menjerit-jerit, memintanya untuk tak menyentuhnya. Tapi bukan Rizal namanya kalau tak mampu membujuk Liana.
"Kau mau menceritakan padaku apa yang terjadi?" pintanya hati-hati. Liana sesenggukan, "Liana,"
"Dia tidak mencintaiku," desisnya. Rizal tertegun, tapi ia tahu siapa yang Liana maksud, "Dia tak pernah mencintaiku!" tambahnya,
"Liana!"
"Harusnya aku tak bermimpi untuk mengharap cintanya....," buliran bening kembali mengalir dari celah matanya. Menganak sungai, ia kembali ingat semua ucapan Nicky, dan tangisnya makin menjadi.
"Liana, apa yang Nicky lakukan?" tanya Rizal. Liana tak menjawab, hanya menangis, "dia menyakitimu lagi, kali ini apa yang di lakukannya. Katakan padaku?" seru Rizal setengah berteriak. Liana hanya masih saja menangis, tubuhnya dingin sekali seperti es. Lalu ia mengangkat pandangannya perlahan ke wajah Rizal dan gigilnya yang membuat giginya bergemeretak, bibirnya bergerak-gerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi ia malah ambruk begitu saja ke depan. Rizal segera menangkapnya.
Nicky masih kebut-kebutan dengan Ian di sirkuit, dalam beberapa detik terakhir ia selalu berada di depan dan temannya tak sanggup mendahuluinya. Iapun menembus garis finish setelah memacu adrenalinnya selama lima putaran di lintasan itu, lalu ia melakukan dirft selama beberapa kali putaran di depan garis finish yang di mata Ian temannya itu sedang pamer, padahal sih....sedang melampiaskan amarahnya.
Setelah mobil itu berhenti, Nicky masih diam mengontrol emosinya di balik kemudi. Sementara Ian sedang menatapi lingkaran yang terbentuk oleh roda mobil yang di kendarai Nicky, sungguh sempurna. Harusnya Nicky menggeluti motorgp saja, bukan mengurusi bisnis. Lalu ia menghampiri temannya, berdiri di samping mobil, merunduk dan mengetuk kaca di samping Nicky duduk. Nicky menurunkan kacanya, kali ini mereka tak mengenakan helm.
"Itu hebat kawan, kau sedang mengamuk ya?" cibirnya, Nicky hanya mendengus. "di lihat dari tingkah lakumu, sepertinya kau sedang bermasalah dengan istrimu!"
Nicky masih juga tak menjawab.