Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Wild Sakura #Part 15, First Impression

5 Februari 2016   06:59 Diperbarui: 27 Februari 2016   23:28 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimas mendengus kesal mengalihkan matanya ke arah Resma, melototinya, membuat gadis itu jadi menunduk, Remon melirik itu.

"Jangan menatapnya seperti kamu menatap teman wanita papa, itu tidak sopan!" tegur Remon, Dimas harus memindahkan matanya ke sisi lain sekarang. Lalu tanpa kata iapun bangkit dari kursinya dan meninggalkan ruang makan, Resma hanya tertegun dengan sikap dingin pemuda itu padanya.

"Resma!" panggil Remon membuatnya terlonjak, "eh, iya om!" sahutnya, Remon memberinya isyarat mata agar gadis itu mengikuti Dimas, awalnya ia tak mengerti tapi setelah Remon mengulanginya dua kali ia baru mengerti. Maka ia segera bangkit dari duduknya,

"Permisi om!" pamitnya, Remon hanya mengangguk. Resma segera mengeja Dimas yang sudah bersiap di atas motornya, Dimas menoleh ketika mendengar suara langkah sepatu, "mau apa kamu?" tanyanya ketika gadis itu sampai padanya.

"Om Remon menyuruh aku untuk ikut sama kamu!" sahutnya jujur, sekali lagi Dimas mendengus kesal, "ya udah, naik!" suruhnya setengah terpaksa. Resmapun langsung naik di belakang, untungnya hari ini ia pakai celana panjang jadi bisa duduk dengan nyaman di motor itu.

Dimas melajukannya dengan kecepatan tinggi, membuat Resma terpaksa harus mengetatkan pegangannya di pinggangnya. Meski dengan rasa takut kalau pemuda itu akan marah nantinya karena ia setengah memeluknya.

Sonia mengetuk pintu Erik yang masih terkatup rapat, tak ada tanggapan maka ia menggedornya lebih keras lagi. Ia termangu di depan pintu, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, masih belum terbuka. Ia menggaruk leher padahal tidak gatal juga. Menunggu Erik membuka pintu rasanya ia jadi ingin menggaruk seluruh tubuhnya, padahal tidak ada yang gatal sama sekali.

Kreeeettttt....,

Pintu itu terbuka juga akhirnya, Erik muncul dengan kusut, matanya masih setengah merem. Menggaruk lehernya, lalu kakinya. Sonia melongo menatapnya, sejak kapan Erik jadi pemalas dsn bangun sesiang ini?

"Hem...apaan...., ganggu aja!" katanya lemes, "kamu baru bangun?" heran Sonia,

"Huwaahhhhh!" Erik menguap lebar sambil menggaruk kepalanya, lalu merentangkan tangannya sampai terdengar bunyi kletek dari tulangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun