"Aku Aline, nama kakak siapa?" katanya mengenalkan diri sambil menyodorkan tangan mungilnya, Erik menatap tangan putih tanpa cacat itu, lalu iapun menggapainya, "Erik!" katanya menyalami, tangannya halus sekali, lembut dan kenyal seperti tangan bayi. Berbalik sekali dengan tangannya yang kasar.
"Kak Erik, terima kasih sekali ya udah nolongin Aline. Tapi...mungkin akan lebih aman kalau kak Erik mau nganterin Aline sampai depan rumah!" pintanya,
"Mengantarmu ke dalam?"
Aline mengangguk, "lagian...kaki aku juga udah cape jalan jauh!" rengeknya, "ya udah, yuk!" kata Erik menyanggupi. Alline langsung tersenyum girang dan mengikuti pemuda itu berjalan ke motornya. Ia terus saja menatapi punggung Erik sampai di motornya dan suara Erik membuyarkannya,
"Kenapa?"
"Eh, eh..he...he...nggak!" sahutnya menggaruk leher, "ayo naik, tapi maaf ya, motornya jelek!" tukas Erik. Aline tersenyum, "yang penting masih bisa di pakai kak!" sahutnya. Erik hanya tersenyum. Ia mengantar Aline sampai di depan rumahnya, rumah itu cukup besar, apalagi di balik gerbang ada satpam yang bertampang sangar, lebih tepat jadi bodyguard malahan ketimbang satpam.
"Terima kasih ya, kak!"
"Lain kali kalau udah malam jangan jalan kaki, kamu kan bisa minta di jemput kan?"
"Kak Erik yang jemput!" godanya blak-blakan, membuat Erik jadi salting, "eh, e...ya udah, aku....balik dulu ya!" pamitnya memakai helmnya kembali, saat Erik membelokan motornya Aline memanggilnya,
"Kak Erik, tunggu!" serunya, Erikpun harus kembali berhenti. Gadis iru mendekat, "kak...boleh...pinjem hpnya sebentar nggak?" tanyanya.
"Pinjem hp?" Â