"Tapi Don...,"
"Nggak mau ya udah, pulang aja sendiri!" tukasnya seraya berbalik dan mulai melangkah, "eh tunggu!" seru Prili mengejarnya.
* * *
Erik berpisah dengan teman-temannya lalu langsung tancap gas, tapi ia mampir dulu ke mininart untuk membeli kebutuhan mandi yang habis, minimart itu berada di dalam gang besar menuju sebuah kompleks, dan itu adalah yang paling dekat dari tempat tinggalnya. Keluar dari minimart ia langsung menuju arah pulang tapi baru lebih dari 10 meter motornya melaju ia harus menghentikanna karena matanya menangkap sebuah kejadian.
Ada empat anak muda yang tengah menggoda seorang gadis belia, ia celingukan dan tempat itu sepi. Jadi ia memajukan motornya beberapa meter lagi dan menepikannya di sana, setelah meloncat dari motornya ia melangkah lebih dekat, "itu sungguh perbuatan yang kurang terpuji, dan pengecut, menggoda seorang gadis yang sendirian!" seru Erik.
Semuanya menoleh ke arah Erik, termasuk gadis itu, "wah...ada yang mau jadi pahlawan nih!" seru yang berbaju merah, dari tampilannya anak-anak itu sih berasal dari keluarga yang berada. Ketiga temannya tertawa, lalu yang berjaket biru menimpali, "hei, daripada gangguin mendingan kamu bantuin aja, kita kasih jatah yang pertama deh, gimana?" tawarnya. Gadis itu terlihat merengut dengan kelakar mereka, bertambah panik. Takut kalau-kalau pria itu justru tergiur dengan tawaran anak-anak brengsek itu.
"Sorry, aku masih punya akhlak!" tolaknya, mendengar itu keempatnya jadi marah, karena itu artinya mereka tak berakhlak, maka merekapun memutuskan untuk menghabisi pengganggunya dulu, "sok suci, mati kamu!" kata yang berbaju merah menyerangnya, yang lain juga ikut menyerang.
Tentu Erik melawan, tapi rupanya anak-anak itu lumayan jago berantem juga. Gadis itu hanya menonton, berharap penolongnya bisa memenangkan pertarungan, diam-diam ia memperhatikan pria yang menolongnya, dia tampan juga. Dan lagi, sepertinya dia memang baik, nyatanya ketika di tawari untuk ikutan malah menolak dan menantang, diam-diam gadis itu juga mencuri seulas senyum, tapi itu tidak lama karena ia melihat dewa penolongnya mulai kewelahan, ia merasa ia juga harus membantu.
Tapi bagaimana, ia celingukan sementara para pemuda itu berkelahi. Tumben nih jalanan sepi, bagaimana mau minta bantuan kalau senyap begini? Akhirnya ia memungut hpnya lalu mengotak-atiknya, tak berapa lama terdengar sirine menggema, seperti suara sirine mobil polisi. Ke empat anak itu mulai panik. Mereka berhenti menyerang dan celingukan, gadis itu menyembunyikan hpnya yang berbunyi di balakang tubuhnya.
"Cabut-cabut-cabut!" kata yang berjaket biru seraya lari ke arah motor mereka, setelah anak-anak itu pergi Erik menghampiri sang gadis yang sedang mematikan suara sirine itu dari hpnya.
"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya, gadis itu menoleh lalu menggeleng.