"Arga, sayang!"
Suara itu membuyarkan keduanya, seorang wanita menghampiri, langsung menggelayut pada lengan pria yang di panggilnya Arga tadi. Dila kian terpaku menatap pria itu,
"Kamu di sini rupanya!" kata wanita itu, "hei mbak Dila!" lanjutnya, Dila terperanjat.
"Kamu mbak Dila kan, Dila Kanyadewi, ini saya mbak...., Agnes!"
"A-Agnes!"
"Ah, masa mbak Dila lupa. Saya kan sering langganan di butik mbak Dila. Bahkan gaun pengantin saya kan mbak Dila sendiri yang buat!"
Dila mulai ingat, dua bulan lalu ia memang membuat gaun pengantin untuk....ya, untuk wanita di depannya itu.
"Oh, iya. Ma-maaf, terkadang saya lupa!" sahutnya gugup lalu melirik pria yang di gandeng Agnes yang menatapnya dalam tanpa kedip.
"Kenalkan ini suami saya Arga, Arga Dewangga. Waktu itu memang tidak memesan di butik mbak karena dia punya teman yang membuatkan suit kusus untuknya, jadi...mbak Dila belum tahu kan!" katanya lalu menatap suaminya, "Sayang, ini loh desainer gaun pengantin aku yang kamu bilang rancangannya hebat itu!" Agnes terus mengoceh sementara kedua orang itu saling pandang tanpa kedip.
Setelah sekian lama, kini......
Sebutir airmata menggelinding meluncuri pipi Dila.