"Aku tidak apa-apa, setelah mandi juga segar kembali!" Â
"Kau terlihat lelah, lebih baik kau tak usah pergi hari ini!"
"Tak ada yang bisa ku lakukan di rumah, Jal. Tak apa-apa, aku akan pergi agak siang, kau pergi saja dulu!"
"Liana!"
"Aku mohon," potongnya menatap Rizal, "jangan terlalu overprotektif padaku, sikapmu mengingatkanku pada eyangku. Dan itu akan membawaku ke masalalu, dan aku tak mau, kau tahu itu!"
Akhirnya Rizal mengalah. Tentu saja, ia tidak akan menang berargumen dengan Liana karena wanita itu sangat keras kepala, sama seperti suaminya. Ya, mungkin sebenarnya banyak kesamaan di antara mereka, sama-sama keras kepala, sama-sama ceroboh, gegabah. Itu sebabnya mereka berjodoh.
* * *
Nicky menatap tajam teman bisnisnya itu, yang baru setengah tahun menjalin hubungan kerja. Anthony sendiri bingung kenapa Nicky mengundangnya langsung ke ruangan pribadinya untuk pertemuan ini. Biasanya mereka akan bertemu di luar atau di ruang meeting. Anehnya lagi, pertemuan ini cukup tertutup, hanya antara mereka berdua. Bahkan Nicky tak mau ada yang mengganggu saat meeting berlangsung. Walau hanya decakan cicak!
"Aku pikir, kita tidak bisa lagi melanjutkan kerjasama kita!" seru Nicky tanpa mengendurkan tatapannya, Anthony terlihat sedikit tercengang, "apa maksudmu?"
Nicky menyanbar sebuah file lalu membantingnya ke meja tepat di depan Anthony, Anthony menatap benda itu lalu merangkakan matanya kembali ke Nicky tanpa suara.
"Aku yakin kau tidak bodoh, dan tentunya kau tahu betul apa yang telah kau lakukan tuan Robert!" dan kini Nicky memanggilnya dengan panggilan yang lebih formal, "beberapa bulan terakhir kau membuatku mengalami kerugian besar, selama ini aku diam karena kau adalah teman lama Ferhan. Tapi bukan berarti kau bisa berbuat curang seenaknya di belakangku!" tegasnya.