* * *
"Sial, mukaku jadi babak belur begini!" umpat Haris, mereka sedang berada di kaki tangga. Evan menyandarkan dirinya di tempok. Ia menyahut, "kita harus kasih pelajaran buat dua orang itu yang udah bikin kita babak belur!"
"Kamu kenal sama mereka, Yan?" tanya Indra,
"Rocky, yang satunya aku nggak tahu. Perusahaan dia adalah pesaing berat perusahaan papaku, terutama....perusahaan rekannya!"
"Peruhasaan apa?" tanya Evan,
"PT. Wijaya!"
"Maksud kamu...yang bekerja sama dengan PT Barata itu!" sahut Indra, "aku dengar tiga perusahaan itu sedang membentuk sebuah kerajaan bisnis, wah kalau begitu....bisa jadi perusahaan raksasa dong. Untungnya....papaku seorang pilot, jadi nggak bakal pusing mikirin kek gitu!"
"Pokoknya, kita harus kasih dia pelajaran. Aku nggak suka....dia deket-deket sama Sonia!" gerutu Ryan, "memangnya mereka punya hubungan?" tanya Evan, "kalau begitu, sainganmu nggak cuma Dimas dong!"
Jam makan siang Rocky kembali makan di sana, menikmati gerakan Sonia yang lalu lalang melayani pembeli. Bahkan hingga jam masuk kantor pun ia belum beranjak. Sampai rombongan Dimas datang ke sana, karena semua meja ramai dan hanya meja Rocky saja yang masih kosong, maka Dimas memutuskan untuk duduk di sana. Ia langsung saja mendudukan diri, Rocky menatapnya karena sedikit terkejut.
"Nggak keberatan kan, semuanya penuh!" seru Dimas membalas tatapan Rocky. Teman-temannya ikut duduk, "kenalkan, teman-temanku!" kata Dimas. Rocky melirik mereka semua,
"Kamu kenal Di?" tanya Gio,