Pak Erwin mengangkat tangannya dan seketika tawa anak-anak muridnya terhenti, "Dimas, keluar dari kelas saya!" suruh pak Erwin.
"Tapi pak!"
"Get out!" tegasnya dengan suara lantang. Pak Erwin memang tegas dan disiplin, ia guru bahasa inggris yang terkenal killer, tak kenal toleransi, jika ada yang tidak disiplin atau tidak fokus dalam kelasnya, pasti tidka boleh mengikuti pelajarannya. Dimas langsung berdiri dan meninggalkan kelas.
Sementara Sonia juga jadi sering melamun di tempat kerjanya, memikirkan perkataan Erik tadi. Saat bersama Dimas ia memang merasa nyaman, ia juga merasakan sesuatu di hatinya terhadap pemuda itu, di sisi lain. Ia juga tak bisa memungkiri, setiap kali bersama Rocky jantungnya tak mau berhenti berdegub kencang, bahkan sampai tak bisa ia kendalikan. Lalu kenapa ia bisa merasa seperti itu pada dua pemuda sekaligus?
Apakah ia jatuh cinta pada keduanya?
Jika ia, itu tak mungkin kan! Bagaimana hatinya bisa menampung dua cinta seklaigus?
"Hei!"
Tubuhnya melonjak ketika Ayu menyenggolnya, "kamu kenapa, melamun terus?" tanya Ayu, Sonia kembali mengelap mangkok-mangkok basah dengan lap di tangannya.
"Nggak apa-apa kok!"
"Yakin?"
Sonia mengangguk seraya memberikan senyum kecil kepada temannya. Lalu mereka kembali bekerja. Meski pikiran Sonia masih di selimuti seribu gejolak.