* * * Â
Pagi itu Dimas sarapan bersama papanya, tumben! Mereka diam sampai Remon memulai percakapan terlebih dahulu, "Dimas, papa mau malam ini kamu tidak keluyuran!"
"Memang ada untungnya pa, ngapain di rumah kalau cuma ada pembantu!"
"Malam ini kita ada makan malam dengan teman papa!"
Dimas berhenti mengunyah, menatap papanya, "itu kan teman papa, kenapa aku harus ikut terlibat?" tanyanya acuh, "karena papa mengundangnya sekeluarga, kan tidak enak kalau kamu tidak ikut!" sahut Remon. Dimas menatapnya semakin dalam, sepertinya papanya punya modus?
"Lihat aja entar deh!" katanya melanjutkan sarapannya, "harus, ini bukan permintaan!" tegas Remon. Dimas memungut gelas air mineral, menenggaknya lalu menyambar tas dan bergegas pergi. Ramon memperhatikannya sambil menggeleng, sifat anaknya itu memang di dapat dari dirinya, hanya bedanya....cara pandang mereka terhadap wanita.
Erik menghentikan motornya ketika beberapa motor yang di kendarai anak-anak berseragam SMU swasta menghadang lalu memutarinya di sebuah jalanan sepi.
"Siapa mereka Rik?"
"Mana aku tahu!" seru Erik balas berbisik, Sonia turun dari motor ketika motor-motor sport itu berhenti dengan posisi mengitari mereka. Ke empat pemuda itu membuka helm dan turun dari motor masing-masing.
"Ryan!" desis Sonia, Erik juga mengenali pemuda yang di panggil Ryan itu oleh Sonia. Ke empatnya berjalan mendekat, "hai!" sapa Ryan.
"Mau apa kamu?" tanya Sonia,