Anthony meletakan cangkir itu kembali ke meja, "aku mau pergi ke kentor, bagaimana denganmu?" tanyanya, "keluar dari sini!" sahutnya.
Anthony mengangguk-angguk kecil, "dan mau kemana?" tambahnya lagi, "terserah kakiku!" sahut Liana singkat. Anthony menajamkan pandangannya, "artinya kau tak punya tujuan bukan?" tanyanya lagi. Liana tak menjawab.
"Begini saja, aku punya seorang teman yang punya usaha di bidang katering. Jika kau tak keberatan, aku bisa membawamu kesana!" tawarnya, Liana membuka mulutnya untuk menolak tapi Anthony lebih dulu memotongnya, "dia seorang wanita dan dia juga cukup baik!"
"Terima kasih, tapi aku tak mau merepotkanmu!"
"Jangan menolak, aku tak bisa membiarkanmu sendirian di luar sana!"
Liana beralih menatapnya, "jika kau mengorek tentang siapa aku, tentunya kau tahu kalau dunia luar itu tidak asing bagiku!" serunya tegas.
"Itu dulu Liana, beda sekarang!" Â
"Tak ada bedanya bagiku. Jangan kembali memancing emosiku, ku mohon!"
"Ok, kita keluar sekarang. Aku tak mau terjebak macet, meski selalu begitu!"
Liana mengikutinya keluar. Dan saat menuruni lift, Liana lebih dulu keluar di lobi bukan di parkiran. Anthony mengikutinya, "hei tunggu!" kali ini tak menyentuhnya sama sekali. "kau mau kemana?"
"Pergi!"