"Rik, ehmmm....aku jadi nggak enak nih sama kamu. Kamu udah traktir aku makan, sekarang bahkan kamu bayarin kost aku, aku nggak tahu....bagaimana aku harus berterima kasih sama kamu!" katanya dengan mata yang memerah,
"Berterima kasihlah sama Tuhan, aku kan cuma perantara. Ya...karena kebetulan aja yang kamu temui itu aku!"
"Jika aku bertemu orang lain...belum tentu dia akan sebaik kamu!" mereka bertatapan, Erik bisa merasakan kalau Sonia itu gadis yang baik. Itu sebabnya ia tak segan membantu gadis itu.
"Oya, aku harus balik kerja nih. Udah telat!"
"Ha, kamu.....kenapa kamu nggak bilang sama aku. Kalau gitu kan tadi kamu balik ke tempat kerja kamu dulu aja!"
"Nggak apa-apa kok, paling cuman potong uang makan!"
"Aduh...maaf ya Rik. Aku jadi bikin kamu susah!"
Erik tersenyum, ia merogoh saku celana jeansnya lalu melangkah ke Sonia. Memungut tangan gadis itu dan menaruh sesuatu di genggamannya. Sonia melepaskan tangannya dan langsung melihat benda yang ada di dalam tangannya, mata melebar seketika tahu apa itu. Ia menjembrengnya, selembar uang setarus ribuan, lalu ia kembali menatap Erik.
"Rik, ini....!"
"Buat pegangan kamu!"
"Nggak, aku gak bisa terima!" Sonia menyodorkan uang itu kembali ke Erik, tapi Erik menahannya, "kamu akan membutuhkannya, ya....seenggaknya kamu harus punya pegangan!" ucap Erik. Sonia terdiam, menatapnya semakin dalam pemuda di hadapannya, Erik. Pemuda itu baru bertemu dengan dirinya tak lebih dari dua jam lalu, bahkan belum dua jam, tapi dia sudah mengobati kelaparannya, memberinya tempat tinggal bahkan membayarinya, dan sekarang.....