"Pa, bukannya aku nggak mau jemput dia. Tapi aku masih punya banyak pekerjaan di sini!"
"Biarkan asistenmu yang mengurusnya, untuk apa gunanya dia jika tak mampu membantumu!"
"Ingat Rocky, Nancy calon istrimu. Perlakukan dia dengan baik!"
Rocky mendengus kesal, ia memungut berkas di meja, "apakah aku harus selalu jadi boneka papa, bahkan untuk menentukan pilihan hidupku?" kesalnya lalu berhambur keluar.
"Rocky!"
Tapi pemuda itu seolah tak mendengar panggilan papanya, ia tetap melanjutkan langkahnya.
Erik mengajak Sonia ke tempat tempat kostnya, sebuah bangunan tak bertingkat dengan jejeran pintu di bagian depan itulah selama ini Erik mengistirahatkan badan. Ia tinggal di kost karena memang ia juga seorang perantauan, ibunya tinggal di kampung halamannya di Cirebon bersama kakaknya yang sudah menikah. Suami kakaknya itu punya kios, meski tidak terlalu besar tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sementara dirinya memang memilih pengalaman hidup di Jakarta yang keras, selain itu untuk melarikan diri dari rasa sakit yang pernah di alaminya. Ia cerita pada Sonia tentang alasannya ke ibukota saat perjalanan ke kost.
Ia di selingkuhi kekasihnya, gadis itu selingkuh dengan teman sekolahnya waktu SMA dulu. Karena terlanjut hamil, merekapun menikah, sejak itu Erik tak mau lagi menjalin hubungan dengan gadis manapun. Bahkan selama lima tahun merantau di Jakarta dengan pindah-pindah tempat kerja, sehingga banyak bertemu rekan kerja lawan jenis yang mencari perhatian padanya selalu tak ia gubris. Dari tampang, Erik memang tak mengecewakan. Kulitnya sawo matang, bertubuh tinggi atletis, mungkin karena biasa bekerja kasar, bahkan sejak di kampung. Wajahnya tak kalah ganteng dari anak perkotaan.
"Gimana, kamu bisa tinggal di sini kan?"
"Tentu saja, ini jauh lebih baik daripada di lapas!"
"Baguslah, semoga kamu betah!"