Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wild Sakura #Part 4; Jeruji Besi dan Tong Sampah

2 November 2015   09:45 Diperbarui: 6 November 2015   17:22 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Neng mau ziarah ya?"

"Iya pak, sudah lama sekali saya tidak kesini!"

"Apa mau saya bantu?"

"Nggak usah pak, terima kasih. Saya pinjam saja sebentar!"

Iapun menggunakan arit orang itu untuk membersihkan makam ibunya, tanahnya sudah rata, batu nisannya pun sudah mulai melapuk. Setelah bersih ia mengirimi doa dan Al-fatihah untuk sang ibu, setelah itu ia mengusap tanah rata itu dengan tangannya, mengusap batu nisannya.

"Maaf bu, kalau Sonia baru bisa datang menjenguk ibu sekarang. Sonia kangen sama ibu, maafkan Sonia ya bu. Sonia udah membuat ibu kecewa!" matanya mengambang, tapi saat sebutir airmata menggelinding ia segera menyekanya. Ia tak mau ibunya menjerit karena lelehan tangisan itu. Ia mencoba tersenyum,

"Tapi Sonia akan penuhi permintaan terakhir ibu, Sonia akan cari ayah. Entah dia masih menginginkanku atau tidak, tapi dia berhak tahu kalau aku ada, seperti kata ibu. Maka itu cukup bagiku, aku janji bu, aku tidak akan menyerah dengan apapun sebelum bertemu ayah. Restui langkah Sonia ya bu, karena hanya dengan restu ibu, Sonia bisa menemukan ayah. Sonia sayang sama ibu!" ia mengecup bati nisan usang itu lalu menyandarkan kepalanya di sana seolah sedang memeluk ibunya. Cukup lama ia seperti itu hingga memutuskan untuk pergi.

Ia segera berjalan ke jalan raya, menanyakan kepada beberapa orang arah menuju ibukota. Setelah sampai di jalan protokol, ia mencoba menghentikan beberapa kendaraan yang bisa ia tumpangi karena ia tak punya uang. Karena semua aktifitas ia lakukan dengan berjalan kaki, maka itu membuat hari sangat cepat berlalu. Hingga mendekati petang ia belum juga dapat tumpangan, beruntung tempatnya menyetop kendaraan dekat masjid. Jadi ia tak perlu repot jika hendak menunaikan ibadah, hingga akhirnya ada sebuah lori yang berhenti padanya,

"Pak, bapak mau ke Jakarta ya?"

"Iya neng, ada apa?"

"Saya boleh numpang nggak pak, tapi saya nggak punya uang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun