"Liana, itu bukan tanggung jawabmu. Biarkan saja Ivana yang mengurusnya!"
"Nicky, Nino anakmu. Itu artinya....dia anakku juga. Hs...hs...hs...," Liana mencoba menangkan bocah itu yang sudah bisa bicara mamam, sepertinya anak itu memang lapar.
Nicky sedikit memijit keningnya, "ya sudah, aku akan menelpon Ivana!" katanya menyudahi teleponnya, setelah mematikan sambungannya pada Liana ia segera menekan nomor Ivana.
Ivana yang sedang tiduran santai segera mengangkatnya begitu tahu itu dari Nicky, "halo Nicky!" girangnya, "apa maksudmu?" sergah Nicky tanpa basa-basi.
"Maksudku?"
"Kau membawa Nino ke rumah lalu menyuruh istriku mengurusnya?"
"Aku hanya titip sebentar karena aku sedang mandi, lagipula....Liana tidak keberatan!"
"Aku belum mengijinkanmu untuk tinggal di rumah, kenapa kau datang seenaknya?"
"Jangan marah-marah....,"
Sementara Ivana sedang mencoba menggoda Nicky, Liana menyuapi Nino di meja makan. Karena Nino sudah tumbuh gigi hampir lengkap maka Liana pikir anak itu sudah bisa mengunyah nasi, ia menyuapinya dengan sup Ikan. Makannya lahap juga, pantas pipinya tembem. Liana jadi semakin gemas melihat Nino, apalagi dengan wajah kebuleannya. Apakah jika ia melahirkan anak Nicky nanti juga akan selucu Nino? Ia jadi semakin ingin punya anak sendiri, ingin merasakan bagaimana rassnya mengandung, rasanya melahirkan, pasti menyenangkan!
* * *