"Tetanggaku yang berada di ujung jalan itu, setahuku mereka orang ramah, tapi memang sih....mereka jarang di rumah! Apakah sebenarnya yang membunuhi orang-orang itu, apakah semacam serigala begitu?"
"Entahlah..., kita masih belum punya petunjuk. Tapi maaf Feb, aku yakin adikmu tahu sesuatu!"
"Kau lihat sendiri bagaimana keadaan adikku semalam kan!"
"Ya aku tahu, tapi...!"
"Sudah, pokoknya malam ini aku akan menjaga adikku di rumah. Aku tidak akan ikut ronda bersama para anak buahmu mengelilingi kompleks.
Jam 22.40
Gilang ikut duduk di ruang tamu Febi, ia juga ingin berjaga di situ, bukan khawatir pada Desi tetapi pada Febi sendiri. Lama mereka menonton tv bersama dalam diam, tiba-tiba saja perut Gilang bergemuruh. Febi tersenyum di buatnya, lalu ia pergi ke dapur dan ternyata ia tak bisa meramu apapun untuk jadi makanan. Maka iapun pergi membeli makanan di luar saja, "hei, aku belikan di luar saja ya, aku akan minta anak buahmu menemaniku. Tolong jaga adikku!"
"Ok!"
Febi pergi bergegas, membawa dua anak buah Gilang yang ikut berada di rumah itu. Jadi sekarang Gilang sendirian bersama Desi.
Jam 22. 50
Angin bertiup sedikit kencang menerpa gorden dari jendela dapur yang belum rapat, terdengar derit pintu terbuka oleh telinga Gilang, iapun bangkit perlahan dan berjalan menuju suara derit pintu itu.