Â
"Bagaimana?"
"Sama, semua korban memiliki luka yang sama. Tapi anehnya...., tidak ada sidik jari yang tertinggal, itu aneh kan?"
Kapten Gilang memandang wanita di depannya dengan penuh selidik, wanita yang berprofesi sebagai jurnalis salah satu tv swasta. Sebenarnya mereka sudah saling tahu satu sama lain karena sering terlihat di kasus yang sama, wanita itu suka banget meliput berita kriminal, sehingga mereka terkadang bertemu di TKP, atau bahkan berlanjut dalam proses penyidikan. Febi menyadari arti tatapan itu,
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Bukankah pemuda yang menjadi korban malam ini adalah teman adikmu, mungkin saja adikmu tahu sesuatu?"
"Adikku, Desi....?"
"Gadis yang meninggal tempo hari juga merupakan teman dekat adikmu, apakah kau tidak curiga akan sesuatu?"
"Aku tahu mereka memang dekat, tapi jika kau ingin menuduh adikku terlibat itu sudah sangat keterlaluan!"
"Bukan begitu maksudku, tapi kau lihat sendiri....semua korban yang jatuh beberapa hari ini mati dengan luka yang sama, di jam yang sama, bukankah itu aneh? Takutnya....adikmu bisa saja menjadi korban berikutnya!"
"Ap-apa?"