"Apa?"
"Aku belum sempat minta maaf karena dengan egoisnya aku sudah menilaimu secara kejam. Semua orang pernah punya masalalu kan, entah itu hitam atau putih. Dan aku nggak mau menilai kamu hanya dari masalalu kamu saja!"
"Putri...!"
"Bisakah kita menyambung tali yang pernah putus? Mungkin tidak akan sempurna, tapi kita bisa mengikatnya bersama-sama agar lebih kuat!" tawarku.
Kami kembali di selimuti keheningan, dia menatapku dengan harapan-harapan yang dulu pernah ia tatapkan padaku.
"Kamu yakin, tidak keberatan punya pacar seorang gigolo?"
Aku tersenyum tipis, "man-tan kan, asalkan kamu tidak diam-diam di belakangku menemui tante Rury lagi. Kalau iya....!"
"Terima kasih!" potongnya, ia memberiku senyuman yang sangat aku rindukan selama ini. Lagi-lagi kami terjebak situasi ini, hanya bisa diam berpandangan menikmati wajah satu sama lain.
"Auw!" aku kembali menjerit ketika hidungku terasa sakit, Dev mencubitnya kencang lalu melarikan diri. Ku pegang hidungku yang tidak terlalu mancung itu alias standar seraya menatapnya yang sedang meledeku seperti dulu. Aku pun geram dan mengejarnya, dan.....tidak akan ku lepaskan lagi. Itu saja.
* * * * *
Â