Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #20 ; Aku Lebih Mengenalnya

23 Juni 2015   07:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:40 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Alisa menghampiri Nadine di ruang ganti pagi itu, ia berharap bisa menjelaskan sesuatu. Meski ia belum tahu apa yang akan ia jelaskan nanti.

"Nadine, bisakah kita bicara sebentar?" pintanya.

Tapi Nadine justru tak menatapnya, "latihan akan segera di mulai, aku tidak mau terlambat!" sahutnya berlalu melewati Alisa.

Mereka berlatih seperti biasa, tapi kali ini Nadine memilih untuk tak menari di dekat Alisa. Ia masih kecewa dan marah, tentu saja. Jelas ia merasa seperti itu dengan apa yang di lihatnya kemarin. Saat break Alisa memilih untuk tetap latihan sementara yang lain pergi cari makan siang.

Nadine memperhatikan Alisa dari kejauhan, bagaimana dia bisa masih fokus sementara keadaannya seperti ini?

"Jangan heran!"

Nadine menoleh ke arah suara, Cheryl berjalan menghampirinya.

"Sekarang kamu baru tahu siapa Alisa, dia itu tak pernah berubah. Masih saja sok baik!"

"Aku tak berfikir begitu!"

"Asal kamu tahu, Alisa tidak hanya akan merebut Ridwan dari kamu Nadine....tapi dia juga akan merebut posisimu sebagai penari utama!"

"Mungkin dia memang layak?"

"Layak!" cibir Cheryl, "mana mungkin seorang pecandu ekstasi layak menjadi penari utama!"

"Alisa sudah sembuh!"

"Sembuh, aku tak yakin akan hal itu."

"Apa maksudmu?"

"Entahlah, tapi.....aku sarankan agar kamu lebih berhati-hati. Dulu dia hampir membuat temannya sendiri kehilangan nyawa, jangan sampai itu terulang!"

Nadine tak menyahut kali ini, ia kembali menatap Alisa yang masih menari seorang diri. Alisa memang terlihat lebih giat dan rajin berlatih di banding yang lainnya, bahkan madam Selfie dan Miss. Anna pun sampai memujinya dan menyandingkannya di pementasan akbar nanti. Padahal seharusnya hanya ada satu penari utama bukan dua, apakah itu artinya apa yang di katakan Cheryl benar? Nadine mulai sedikit terjebak dengan ucapan Cheryl.

Ridwan datang untuk menjemput Nadine sekaligus bicara padanya, tapi nampaknya Naidne masih tak mau bicara padanya.

"Aku bawa mobil sendiri, jadi aku bisa pulang sendiri!"

"Nadine, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan!"

"Semuanya sudah jelas, kamu berkhianat di belakangku Wan. Padahal, pernikahan kita sudah di depan mata. Aku hanya tidak menyangka kalau ternyata kamu sama saja dengan pria-pria brengsek di luar sana!"

"Tidak seperti itu Nadine, antara aku dan Alisa!"

"Cukup, aku tidak mau dengar tentang kalian. Lebih baik kamu cari alasan yang tepat untuk menjelaskannya pada orangtuaku nanti!" serunya tetap melangkah menuju mobilnya. Sementara Alisa yang melihat Ridwan datang tadi memilih untuk segera pergi sebelum pria itu sempat melihatnya.

"Sudahlah Wan, tak perlu menjelaskan apapun. Nadine sudah tahu kalau kalian memang punya hubungan!"

Ridwan menoleh ke arah Cheryl yang berdiri tak jauh darinya, sedang tersenyum. Dan itu membuat Ridwan muak, ingin muntah rasanya. Cheryl melangkah lebih dekat, "kamu lihat sendiri, cepat atau lambat Nadine akan tahu hal itu!"

"Itu bukan urusanmu, urusi saja masalahmu sendiri!" sahut Ridwan segera beranjak. "jangan terburu-buru, aku rasa saat ini Alisa juga sedang tak mau menemuimu!" kalimat Cheryl membuat Ridwan kembali menghentikan langkahnya.

Saat itu di sana sudah mulai sepi, "kenapa kamu masih menyukai Alisa, padahal kamu sudah tahu apa yang pernah di lakukannya dulu. Aku rasa.... Alisa masih sedikit gila!"

Ridwan menoleh.

"Alisa tidak gila!"

"Tidak gila, dia hampir membunuh Farah dan dia....juga hampir bunuh diri saat tidak bisa mendapatkan barang yang membuatnya tenang. Apa kamu pikir....dia benar-benar sudah sembuh, aku ragu!"

Ridwan mengeraskan rahangnya menatap Cheryl yang tersenyum, "cepat atau lambat, dia juga bisa menyakiti Nadine!"

"Alisa tidak akan pernah menyakiti Nadine!"

"Begitukah? Apa kamu pikir Alisa benar bersahabat dengan tunanganmu itu, heah.....tidak Ridwan. Dia hanya pura-pura, dia sengaja mencoba merayumu lagi. Dengan sifatnya yang sok baik, sok berteman dengan Nadine. Dia.....sengaja membuat hubunganmu dengan Nadine berantakan secara perlahan!"

"Jaga bicaramu Cheryl!"

"Apa menurutmu dia benar masih mencintaimu, dia hanya dendam padamu karena kamu telah meninggalkannya saat dia sedang membutuhkanmu. Dia....hanya ingin kamu dan Nadine berpisah!"

"Aku lebih mengenal Alisa!"

"Tidak, kamu bahkan tidak tahu bahwa Alisa seorang pecandu. Kamu tidak bisa memberinya ketenangan dari segala masalahnya, itu sebabnya Alisa memilih jalan lain untuk sebuah ketenangan!"

"Cukup Cheryl!" hardik Ridwan membuat mulut wanita itu terkatup seketika, "jangan mencoba meracuni pikiranku, atau pun Nadine. Aku juga tahu siapa kamu dan aku....tidak akan pernah percaya dengan semua ucapanmu!"

Cheryl malah melebarkan senyum, "kita lihat saja nanti!" desisnya, Ridwan menatapnya sekejap lalu berjalan ke mobilnya untuk segera pergi dari sana.

Cheryl masih berdiri memandang mobil itu meninggalkan parkiran, tapi ia di kejutkan dengan sebuah tepukan lembut di pipinya.

"Eh!"

Ia menoleh ke samping, Ryan sudah berdiri di sampingnya dengan senyuman. "Ryan!" desis Cheryl, "kamu....sejak kapan ada di sini?" tanyanya sedikit gugup.

"Baru saja sih tapi....kamu bengong mulu sampai tak tahu aku memanggilmu!"

"Ouh...maaf!"

"Mau pulang bareng, soal mobilmu....tak apa kan di titipkan disini!" Cheryl tersenyum kecil, "boleh, kebetulan.....suasana hatiku sedang sedikit menyenangkan!" sahutnya.

* * * * *

Ridwan nekat berkunjung ke rumah Nadine, meski Nadine sebenarnya tak mau menemuinya.

"Aku tidak tahu masalah apa yang sedang kalian hadapi, tapi...pernikahan kalian itu kan sudah dekat. Aku harap kalian bisa segera menyelesaikan masalah kalian!" seru Ratna.

"Aku tahu Tante, itu sebabnya aku datang untuk menjelaskanya pada Nadine, bisakah tante tolong panggilkan Nadine?"

"Sebentar, semoga saja Nadine bisa berubah pikiran!" seru Ratna lalu berdiri dari duduknya.

Cheryl menyantap makanan kesukaanya dengan hati-hati, ia memang sangat memperhatikan cara makan dan apa saja yang masuk ke dalam perutnya karena ia ingin selalu tampak perfect.

"Boleh aku tahu apa yang membuatmu sangat senang hari ini?" tanya Ryan, Cheryl menelan dulu makanannya.

"Belum saatnya!"

"Sepertinya kamu tidak terlalu percaya padaku?"

"Bukan begitu, masalahnya kesenanganku belum sempurna!"

"Kamu selalu menyembunyikan sesuatu!"

Cheryl melirik ke samping, ia menemukan sepasang mata yang sedang memperhatikannya. Membuatnya terkejut hingga harus menelan makanannya tiba-tiba sampe tersedak, "ohok-ohok!"

"Kamu kenapa?" cemas Ryan.

Cheryl tak menyahut, ia memungut segelas air putih dan meminumnya perlahan. "ohok-ohok-ohok!" ia terbatuk lagi, "tidak apa, ohok!"

Ryan memperhatikan kekasihnya yang kembali melirik ke samping, ia melihat ada ekspresi takut di wajah wanita itu.

"Aku ke toilet dulu!" seru Cheryl bangkit dari duduknya dan meninggalkan meja, Ryan hanya memperhatikan lalu memutar pandangannya ke arah orang yang di lirik Cheryl tapi orang itu juga sudah tidak ada.

Seseorang menarik lengan Cheryl sebelum ia sampai di pintu toilet wanita, "kamu pikir dengan sembunyi dari rumahmu kamu bisa menghindar selamanya?" seru orang itu.

"Lepaskan aku Luke!"

"Tentu!" seru Lucas melepaskan lengan Cheryl, wanita itu memegang lengannya yang terasa sakit.

"Kamu mau apalagi, bukankah aku sudah menepati janjiku!"

"Persetan dengan itu Cheryl, kamu membuatku menjadi orang yang sangat jahat!"

"Apa, aku! Ha....ha....ha...., kamu memang sudah jahat Luke, jika tidak kamu tidak akan dengan mudah menerima tawaranku!"

"Dan itu membuatku menyesal seumur hidupku, aku bahkan tidak bisa tidur dengan tenang!"

"Ternyata benar, kamu jatuh cinta pada Alisa?" terka Cheryl, "ha...., dan itu yang membuatmu lemah!"

"Menyadari sebuah kesalahan bukanlah lemah, aku pikir.....kamu sudah cukup puas dengan semua itu. Tapi kenapa sekarang kamu masih ingin melakukannya?"

"Kenapa?" desis Cheryl, "kenapa kamu bilang!" gerutunya, "aku belum mendapatkan apa yang aku mau, dan Alisa....kesalahan terbesarnya adalah muncul kembali di depan mataku. Dan selama dia belum tersingkir, aku tidak akan berhenti!"

"Kamu sakit jiwa Cheryl, seharusnya kamu yang mendekam di panti rehab atau rumah sakit jiwa. Ku pikir....pria yang bersamamu itu memang bodoh jika tidak dia pasti sudah meninggalkanmu!"

"Ryan maksudmu....., ketahuilah dia tidak akan pernah meninggalkanku!" seru Cheryl tersenyum lebar tapi senyumannya hilang seketika saat matanya menemukan Ryan di belakang tubuh Lucas. Menatap mereka tanpa Ekspresi, melihat reaksi Cheryl yang tiba-tiba berubah Lucas tahu pasti ada sesuatu maka iapun menoleh ke belakang.

* * * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun