"Cukup, aku tidak mau dengar tentang kalian. Lebih baik kamu cari alasan yang tepat untuk menjelaskannya pada orangtuaku nanti!" serunya tetap melangkah menuju mobilnya. Sementara Alisa yang melihat Ridwan datang tadi memilih untuk segera pergi sebelum pria itu sempat melihatnya.
"Sudahlah Wan, tak perlu menjelaskan apapun. Nadine sudah tahu kalau kalian memang punya hubungan!"
Ridwan menoleh ke arah Cheryl yang berdiri tak jauh darinya, sedang tersenyum. Dan itu membuat Ridwan muak, ingin muntah rasanya. Cheryl melangkah lebih dekat, "kamu lihat sendiri, cepat atau lambat Nadine akan tahu hal itu!"
"Itu bukan urusanmu, urusi saja masalahmu sendiri!" sahut Ridwan segera beranjak. "jangan terburu-buru, aku rasa saat ini Alisa juga sedang tak mau menemuimu!" kalimat Cheryl membuat Ridwan kembali menghentikan langkahnya.
Saat itu di sana sudah mulai sepi, "kenapa kamu masih menyukai Alisa, padahal kamu sudah tahu apa yang pernah di lakukannya dulu. Aku rasa.... Alisa masih sedikit gila!"
Ridwan menoleh.
"Alisa tidak gila!"
"Tidak gila, dia hampir membunuh Farah dan dia....juga hampir bunuh diri saat tidak bisa mendapatkan barang yang membuatnya tenang. Apa kamu pikir....dia benar-benar sudah sembuh, aku ragu!"
Ridwan mengeraskan rahangnya menatap Cheryl yang tersenyum, "cepat atau lambat, dia juga bisa menyakiti Nadine!"
"Alisa tidak akan pernah menyakiti Nadine!"
"Begitukah? Apa kamu pikir Alisa benar bersahabat dengan tunanganmu itu, heah.....tidak Ridwan. Dia hanya pura-pura, dia sengaja mencoba merayumu lagi. Dengan sifatnya yang sok baik, sok berteman dengan Nadine. Dia.....sengaja membuat hubunganmu dengan Nadine berantakan secara perlahan!"