Joni membawa Jesie masuk ke rumahnya. Jesi menoleh ke Axel yang masih terjerembat di tanah. Di dalam rumah Joni kembali menanyai putrinya.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Kami nggak ngelakuin apa-apa yah!"
"Jangan bohong Jesie, kau pulang pagi bersama seorang cowo. Pakaian basah dan kotor dan kau bilang tidak melakukan apa-apa!" teriak Joni.
"Ayah pikir Jesie ngapain? Tidur sama Axel," jawab Jesie, "Ayah tega banget sama Jesie....," tangisnya, "hanya karena darah wanita itu mengalir tubuh Jesie, bukan berarti Jesie juga sama. Jesie bukan ibu yang tidur sama semua laki-laki. Ayah jahat!" teriak Jesie lalu masuk ke dalam kamar dan membantingkan diri ke ranjang. Menangis keras sambil memukuli kasur.
"Ayah jahat!" tangisnya.
Joni terdiam dengan kalimat putrinya. Ya...seharusnya ia tak menuduh putrinya seperti itu. Harusnya ia lebih percaya dengan putrinya, tapi orangtua mana yang tidak curiga melihat putrinya pulang pagi bersama seorang pria dengan baju basah dan kotor.
Axel menyingkir dari rumah Jesie, semoga saja om Joni tidak sampai berbuat kasar terhadap Jesie. Hubungan mereka baru saja terjalin tapi sudah ada kendala, seperinya ayahnya Jesie tidak akan setuju kalau mereka pacaran. Terkadang hal seperti ini juga yang Axel takutkan.
**********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H