"Gue sayang sama loe, cewe jadi-jadian!"
Jesie mempererat pelukannya dengan lebih erat sampai Axel merintih,"ak!" tapi Axel juga membalasnya lebih kencang lagi.
"Auw....Xel...gue-nggak-bi-sa napas!"
Axel mengendurkan pelukannya, Jesie bernapas lega. Ia menghapus airmatanya yang mengalir dan tersenyum bahagia. Malam semakin larut, kini mereka duduk di teras bersandar tembok, sama-sama kedinginan, jaket Axel di gunakan sebagai selimut mereka berdua, mereka setengah berpelukan. Sesekali mereka bertatapan dan kali ini Axel tak menghindar.
********
Fajar merekah di ufuk timur, perlahan sang mentari mulai muncul. Sinar hangatnya mulai bertebaran ke seluruh alam. Axel membuka matanya, pakaian mereka memang masih sedikit basah. Untungnya keduanya tidak demam. Axel menyentuh pipi Jesie untuk membangunkannya. Jesie membuka mata perlahan, menggeliat.
Axel memperhatikannya sambil tersenyum. Jesie melihatnya.
"Pagi!"
"Pagi."Jesie melihat sekeliling. "Kita msih di sini ya?"
"Dimana lagi. Gue anter loe pulang ya!" tawarnya. Jesie mengangguk. Untung hari ini minggu.
Keduanya beranjak dari sana, Jesie memakai jaket Axel lagi padahal yang tempo hari belum di kembaliin.
Joni mondar-mandir di depan rumah, menunggu Jesie yang tak kunjung pulang. Hpnya juga mati, tak bisa di hubungi. Tentu orang hpnya kehujanan. Joni melihat Jesie memasuki halaman rumah dengan pakaian yang masih terlihat sedikit basah dan kotor, tapi dia terlihat bahagia bergandengan tangan dengan seorang cowo.
"Jesie!" seru Joni.
Teriak Joni membuat keduanya tersentak dan menghentikan langkahnya.
"Ayah!" desisnya.
Keduanya melepaskan tangan perlahan. Joni melangkah maju dan langsung meninju Axel hingga jatuh ke tanah. Jesie sangat terkejut.
"Axel!" seru Jesie hendak menolong Axel tapi Joni menahannya.
"Masuk!" serunya.
"Tapi yah!"
Joni memegang erat lengan putrinya dan menunjuk Axel.
"Kau apakan putriku?"
Axel menyeka darah yang keluar dari mulutnya, "Kami tidak melakukan apa-apa om!" jawabnya.
"Bohong!"
"Axel benar yah, kita nggak ngapa-ngapain!"
"Dengar anak muda, aku tidak suka kau mendekati putriku, mulai sekarang jauhi Jesie!"
"Tapi om!"
"Yah!"