"Ah appa... eomma... Youngkyong kesini karena... kami baru saja dari syuting dan... kami belum sempat makan, jadi..."
"Oh ya, untung eomma memasak cukup banyak hari ini. Benar sekali membawa Youngkyong untuk makan disini. Choeun, apakah kau sudah makan? Bagaimana kalau ikut mereka makan?" tawar Juhee eonni.
"Oh tidak eonni, aku sudah makan banyak sekali sepanjang hari ini. Lagipula, aku harus ke Million Stars sekarang. Kurasa aku pamit duluan."
"Ah baiklah, hati-hati di jalan, Choeun," ucap Junsuk-ssi sambil tersenyum.
"Kita bahkan belum mengobrol eonni," gagap Youngkyong yang tampak linglung karena berdiri di depan pintu dan tidak bergerak.
"Tidak apa-apa. Datanglah ke Million Stars kalau kau tidak sibuk, Youngkyong. Aku pamit dulu!"
Setelah membungkukkan badanku pada Junsuk-ssi dan Juhee eonni, juga melambai pada Youngkyong, aku cepat-cepat keluar dari apartemen mereka. Aku tidak menyangka akan begini canggungnya aku bertemu dengan Chungdae setelah beberapa lama tidak melihatnya. Aku memang melihat beberapa update-nya di akun Instagram-nya (dia sangat rajin memberikan update pada para penggemarnya), tapi ternyata bertemu secara langsung terasa jauh lebih aneh dari yang kubayangkan. Dia hanya sempat menukar sepatunya dengan sandal rumah, dan setelah itu dia hanya berdiri mematung dan mendengarkan percakapan yang berlangsung di sekitarnya (atau apakah dia bahkan tidak mendengarkan? Pandangannya tampak kosong). Lalu apa yang kurasakan selain canggung? Aku tidak mengerti. Ada satu perasaan yang tidak kumengerti ketika aku melihatnya muncul bersama Youngkyong. Apakah aku cemburu? Apakah aku sedih? Atau... mungkinkah aku bahagia? Maksudku... sudah sepantasnya kan mereka bersama? Akulah orang ketiga di antara mereka selama ini.
"Choeun noona!"
Aku menoleh dengan kaget. Sepertinya aku dari tadi berjalan sambil termenung, jadi aku bahkan baru menuruni beberapa anak tangga di depan gedung apartemen mereka ketika aku melihat Chungdae mengejarku, dia masih memakai sandal rumah. Ketika aku berhenti, dia akhirnya berhenti berlari setelah mencapai puncak anak tangga dan sibuk mengatur nafasnya. Apakah dia dari tadi mengejarku?
"Oh, Chungdae... maksudku, hai."
Dia mendongakkan kepalanya, tapi aku tak bisa membaca arti tatapannya. Dia masih tampak sama: sama tampannya, sama menariknya, segalanya tampak sama... Heo Chungdae. Tapi ada satu hal yang tak lagi sama: hubungan kami.