Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] You Are (Not) My Destiny [50]

18 Agustus 2021   18:01 Diperbarui: 18 Agustus 2021   18:02 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku melambai padanya dan berjalan cepat menuju lift. Bermain dengan Donghyun memang menguras tenagaku, tapi di sisi lain, baterai hatiku menjadi sangat penuh. Dia sangat menggemaskan, aku mencintainya. Aku memasuki lift yang kosong dan menekan angka 1. Tapi baru beberapa tingkat turun, pintu lift terbuka lagi. Dan aku mundur beberapa langkah. Yang baru saja memasuki lift adalah appa dan eomma Chungdae. Sepertinya mereka juga terkejut melihatku.

"A... abonim... ah maksudku... eonni... Junsuk-ssi..."

Aku menyerah. Aku tak tau bagaimana harus memanggil mereka. Tadinya aku memanggil mereka abonim dan eomonim, tapi sekarang, dengan statusku... aku menghela nafas panjang dan menundukkan kepalaku.

"Tidak apa-apa, Choeun," hibur Juhee eonni yang mengelus pundakku, "ayo, kita bicara santai saja."

Dan disinilah aku, di apartemen Chungdae, bukan di Million Stars seperti yang pertama kurencanakan. Apartemen mereka juga cukup sering kukunjungi, dan selama beberapa waktu aku tidak berkunjung, tidak ada yang berubah di apartemen ini. Daripada memandangi kedua orang yang ramah yang duduk di seberangku, aku malah sibuk memandangi cangkir teh yang mereka sajikan.

"Aku... aku benar-benar minta maaf."

Mendadak aku merasa ingin menangis lagi. Aku tau memang bukan salah mereka hubunganku dan Chungdae berakhir, tapi aku justru merasa tidak enak karena sudah menyia-nyiakan anak mereka yang begitu baik. Apalagi hubungan kami sudah dalam tahap pertunangan.

"Choeun... kami bukan membawamu kesini untuk memaksamu meminta maaf," ucap Juhee eonni dengan lembut.

"Tapi... tapi aku tetap merasa bersalah. Aku tau Chungdae pasti melalui masa-masa yang sulit. Aku tau dia sibuk bukan karena keinginannya sendiri, aku tau dia berkorban dan melakukan banyak hal untukku..."

Dan mengatakan semua ini rupanya masih terasa seperti membuka luka di hatiku yang kukira sudah kujahit dengan rapat. Tidak, semua ini juga tidak mudah untukku. Lalu bagaimana dengan Chungdae? Apakah jika aku melihatnya masih bersedih, aku akan senang, atau aku akan sama sedihnya? Lalu jika aku melihatnya bahagia, apakah aku akan senang, atau aku akan bersedih karena merasa akulah yang belum bisa berpaling darinya? Kenapa aku begini picik? Tanpa kurencanakan, setetes air mata lolos dari bendunganku.

"Kami juga tau kau melalui masa-masa yang sama sulitnya, Choeun," hibur Juhee eonni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun