Mendadak aku berlutut di atas karpet mereka dan menangis tersedu-sedu dengan perasaan bersalah yang tidak bisa kugambarkan sedalam apa perasaan itu.
"Jangan... jangan hibur aku. Tolong... hukum aku atau lakukan sesuatu... asal jangan menghiburku..."
Ya, kurasa dengan mereka menghukumku, aku akan merasa pantas dan tidak malu lagi bertemu dengan mereka.
"Choeun ya, tidak pernah sekalipun kami membencimu atas keputusan kalian. Tidak ada yang boleh dipersalahkan ketika kalian sudah berusaha keras, tapi kalian masih harus berpisah pada akhirnya," ujar Junsuk-ssi, yang rupanya sudah duduk di sofa di belakangku dan menepuk punggungku lembut.
Juhee eonni juga menghampiri sisiku yang satunya dan membantuku duduk di sofa. Kini aku melihat kedua orang di sampingku yang terus tersenyum dan berusaha menghiburku. Juhee eonni sudah mengusap air mataku dengan tisu yang dipegangnya.
"Aku akan mengaku kalah pada Dongju hyong. Dia akhirnya yang akan mendapatkan calon menantu kesayangan kami," tawa Junsuk-ssi.
"Iya. Sayang sekali Choeun tidak akan jadi menantu kami," tawa Juhee eonni sambil mengelus rambutku, "si cantik yang ceria ini akan menghibur keluarga yang berbeda sekarang."
"Ka... kalian benar-benar memaafkanku?"
"Kami tidak bisa memaksa kalian bersama, sungguh, Choeun. Kami menghargai keputusan kalian. Dan kami masih akan tetap menyayangimu sebagai... adik kami?" Junsuk-ssi masih tertawa saat mengatakan ini.
"Aku..."
"Jangan bilang maaf lagi," hardik Juhee eonni.