Choeun melempar tasnya ke sofa (lemparan yang sangat bagus) dan membuat pintu menjeblak terbuka (dia tak perlu bersusah-susah mengetuk pintunya dulu). Rupanya karena suara pintu cukup keras, meski suasana kamar masih remang-remang, aku yang mengekori Choeun bisa melihat Dongsun langsung cepat-cepat duduk. Dia tampak mengantuk, apalagi matanya yang tanpa kacamata, membuat matanya terlihat ekstra kecil. Tapi dia tetap tampan. Lagipula ini bukan pertama kalinya aku melihatnya baru bangun tidur.
"Ah, noona! Jam berapa ini?" tanya Dongsun dengan suara serak.
"KAU MASIH TANYA JAM BERAPA INI?" tanya Choeun yang masih marah.
Dongsun berhasil meraih kacamata dan ponselnya di saat yang bersamaan, dan setelah kacamatanya terpasang dengan benar, dia melirik ponselnya.
"OH TIDAK! AKU AKAN MANDI SEKARANG! YA, DONGHYUN! DONGHYUN!"
Tapi Donghyun tidak bergerak. Aku tidak percaya Donghyun masih bisa tidur setelah Choeun berteriak begitu keras, disusul oleh teriakan Dongsun.
"Serahkan saja dia padaku."
"Baiklah. Ayo noona, aku akan mandi dan... noona tunggu di luar saja."
Ketika Dongsun meraih lenganku, dia berbisik sangat rendah, kurasa supaya Choeun tak bisa mendengarnya.
"Kurasa Choeun noona akan mengamuk. Sebaiknya kita jauh-jauh dari dia..."
Aku setuju dengan Dongsun. Choeun sudah tampak seperti gunung merapi yang akan meletus. Aku akhirnya bergabung dengan Hyereum-ssi dan Dongha-ssi yang sedang menikmati kue buatan Hyereum-ssi yang sangat enak. Sementara pintu kamar Min Brothers ditutup rapat, mungkin di dalam sana sedang terjadi perang dunia ketiga.