"Ya, kalau tidak mungkin aku harus berjuang setengah mati memukuli mereka satu persatu," ujarku sambil tertawa.
Tapi itu tidak sepenuhnya benar. Kalau dia tidak ada, entah akan jadi apa aku malam itu.
"Aku tak akan membiarkan mereka menyentuhmu, miss."
Perasaan apa ini? Mengapa kata-katanya dan tatapannya yang tajam itu membuatku berdebar-debar?
"Dan anehnya, aku menjadi penolongmu untuk yang ketiga kalinya."
Dia tak perlu mengingatkan aku tentang yang ketiga. Rasanya baru terjadi kemarin. Dan dari segalanya, itu adalah hal yang paling memalukan.
Aku iri sekali melihat Choeun minum soju seperti dia minum air semalam. Semalam ada acara penghargaan dari sekolah untuk para guru dan selain makan daging, beberapa guru juga minum. Hanya aku yang tidak bisa minum semalam dan itu benar-benar mencoreng harga diriku. Aku tau Choeun tidak minum dengan perasaan senang, dia sedang ada masalah dengan Chungdae, tapi tetap saja: aku tidak bisa minum dan hanya aku! Aku menatap gelas soju di hadapanku seolah gelas itu adalah musuh besarku. Kuulurkan tanganku untuk memegang gelas itu dan karena gemetaran, kuulurkan lagi tanganku satunya untuk menopangnya. Baunya... baunya! Kupejamkan mataku dan kutelan seluruh cairan di dalam gelas kecil itu. Panas, pahit! Rasanya ingin kumuntahkan saja soju yang kuminum tadi. Tapi...
"Hey, ternyata ini tidak terlalu buruk."
Kuambil sepotong bulgogi yang tadi kupesan dan kukunyah perlahan. Ternyata kombinasi antara bulgogi dan soju itu cukup baik.
Pusing... kepalaku pusing, perutku kenyang dan rasanya senang. Aneh ya, tak ada sesuatu yang terjadi tapi aku hanya merasa senang.
"Satu botol lagi, ahjumma."