Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] I'm (Not) Allow to Love You [33]

11 Juli 2020   20:16 Diperbarui: 11 Juli 2020   20:15 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

Song list:

  • YookSungjae -- Loving You Again
  • DGNA -- Lucky Man
  • Yoo Seonho -- Maybe Spring
  • STRAY KIDS -- Neverending Story
  • Eric Nam & CHEEZE -- Perhaps Love
  • Rainbow -- Pretend
  • GB9 -- Propose
  • Wang Leehom -- The First Morning
  • Moon Junyoung & Park Sangjun -- Too Late
  • WANNA ONE -- Wanna

MIN DONGHYUN'S POV

Liburan musim panas yang seharusnya kunantikan, kini tak berarti apa-apa untukku lagi. Sejak kejadian kemarin, aku tidak membuat rencana apapun untuk diisi selama 3 minggu ini. Apalagi ada kemungkinan aku tak bisa melihat Choeun noona setelah liburan ini. Sekarang aku juga mengalami dilema yang lain. Aku ragu menekan bel apartemen Youngkyong. Aku masih curiga pada kelakuannya minggu lalu di dekat apartemen noona, tapi sebagian kecil dari hatiku yakin dia tak mungkin sejahat itu. Apa sebaiknya aku tanya dia baik-baik?

"Donghyun?"

Aku terkejut ketika eomma Youngkyong membuka pintu apartemen, kelihatannya ia akan bepergian.

"Annyeonghaseyo eomonim."

"Kenapa kau berdiri saja disitu?" tanyanya bingung.

"Ini ada titipan dari eomma. Katanya perlengkapan kostum gereja."

"Oh benar aku memang mau pinjam ini. Ayo masuk sebentar Donghyun."

Aku tak enak menolaknya jadi aku masuk ke apartemennya. Keluarga kami cukup akrab sebenarnya jadi aku cukup sering main kesini ketika aku lebih muda. Di sudut ruangan aku melihat kotak yang kukenal: kotak yang dipegang Youngkyong ketika aku memergokinya malam itu.

"Youngie ya, ada Donghyun disini. Eomma akan keluar sebentar, kalian mengobrollah," ujar eomonim, "Donghyun-ah, aku keluar sebentar ya."

"Ya, eomonim. Hati-hati di jalan."

Baru saja aku duduk di sofa, sekelebatan bayangan putih berlari ke kakiku. Rupanya seekor anak kucing yang sangat kurus.

"Chimi! Kau harus makan du... ah Donghyun."

Terjadi kecanggungan yang sangat tidak enak ketika kami bertatapan sedangkan Chimi sudah naik ke pangkuanku jadi kuelus bulunya yang lembut. Mendadak aku mengerti sesuatu.

"Youngkyong, apakah malam itu... kau membawa Chimi di dalam kotak itu?"

Youngkyong masih berdiri dan menyilangkan tangannya di depan dadanya.

"Ya memang benar, akumelihat orang membuangnya di dalam kotak itu jadi kuambil dia untuk kuadopsi. Jadi kau puas sudah mencurigai aku?"

"Maaf, aku... aku lupa kalau semua kotak pos akan terlihat seperti itu. Maaf aku mencurigaimu dan sudah berlebihan. Tapi," aku berhenti sejenak dan menarik nafas dalam, "kenapa kau tidak tunjukkan saja Chimi padaku jadi aku tidak berpikir yang aneh-aneh."

"Aku... kau sendiri kenapa bertindak seperti itu waktu melihatku membawa kotak?"

"Sebenarnya miss Baek akhir-akhir ini menerima kiriman ancaman lewat pos. Sejak saat itu juga dia pindah ke tempat kami dan baru akhir minggu kemarin dia pulang lagi."

"Miss Baek. Semuanya miss Baek. Semuanya baik dengannya, tak ada yang baik denganku!"

Aku terkejut ketika Youngkyong berteriak seperti itu.

"Youngkyong, bukan begitu maksudku."

"Aku tau kau menyukainya! Chungdae oppa menyukainya! Sekalian saja Dongsun oppa, Hyeil oppa atau siapapun..."

"Suk Youngkyong, hentikan!"

Aku memegangi pundaknya dan mengguncangnya. Dia berhenti berteriak tapi matanya terlihat basah.

"Kau iri padanya."

"Aku memiliki apa yang dia tak miliki tapi kenapa Chungdae oppa memilihnya?"

Aku tersenyum padanya, "kita tak bisa mengendalikan kepada siapa kita bisa jatuh cinta. Kurasa itu jawaban yang terbaik."

Aku mengelus pundaknya untuk menenangkannya.

"Maafkan aku soal Chimi. Tapi andaikan kau tunjukkan dia padaku, mungkin aku tak akan marah padamu."

"Sebenarnya," Youngkyong menatapku dengan wajah ketakutan, "aku ingin mengakui sesuatu padamu."

"Apa itu?"

"Tapi janji jangan marah."

"Cerita dulu."

Aku berusaha menahan amarahku ketika Youngkyong bercerita bagaimana dia memberi "peluang" padaku mendekati Choeun noona, bagaimana dia menguntit Chungdae hyong dan noona dan mengambil foto-foto mereka, bagaimana dia menyerahkan foto-foto itu kepada Noh Saem dan kurasa itu yang membuat Chungdae hyong mengamuk dan semua orang yakin dia pasti akan dikeluarkan dari sekolah, sehingga noona sekarang mengorbankan dirinya demi Chungdae hyong.

"Kau tau apa yang sebenarnya kau lakukan?"

"Tapi kau setuju bekerjasama denganku!"

"Tapi kalau aku tau kau akan melakukan itu, aku tak akan pernah setuju!"

"Tapi kau tak pernah bertanya apa yang kulakukan!"

Youngkyong benar. Selama ini aku hanya menikmati apa yang dia lakukan tanpa aku tanyakan padanya apa rencananya. Aku juga bersalah.

"Tapi aku tak pernah mengirim apapun pada miss Baek. Sungguh."

Aku tau Youngkyong tidak berbohong dalam hal ini. Dia bahkan takut melihat darah jadi tak mungkin dia berani menulisi kaos dengan darah. Jadi masih ada orang lain yang mengikuti noona. Siapa dia? Apakah noona dalam bahaya?

"Maafkan aku," sesal Youngkyong.

"Aku juga minta maaf."

"Apa yang harus kita lakukan supaya mereka tidak keluar dari sekolah?"

Aku kehabisan ide, tak tau bagaimana menjawab Youngkyong.

MIN DONGHYUN'S POV

Hanya satu hari ini saja. Meski kemarin aku tidak melihat sosoknya, untuk hari ini saja aku ingin melihatnya. Aku berjanji akan mengucapkan selamat tinggal padanya di hatiku. Aku hanya ingin tau Choeun noona baik-baik saja. Aku tak bisa menghentikan kakiku yang secara otomatis berjalan menuju apartemennya. Pikiranku mulai dipenuhi saat-saat kami bersama. Setelah aku berjuang... akhirnya aku harus mengakui kekalahanku. Sakit memang, tapi aku tak bisa memaksakan perasaanku padanya. Aku hanya bisa mendoakan kebahagiaannya. Entah apa yang harus kukatakan pada Dongsun hyong, tapi dia perlu tau semua ini.

"LEPASKAN AKU!"

"JANGAN SENTUH DIA! CHOEUN NOONA!"

Aku mengenali kedua suara itu adalah Choeun noona dan Chungdae hyong. Aku lari menuju sumber suara dan melihat Choeun noona di kejauhan, bersama seseorang berbaju hitam, dan Chungdae hyong mengejar mereka.

"HYONG! APA YANG TERJADI?" teriakku pada punggungnya.

Tapi dia tidak menjawabku, jadi mungkin sesuatu yang serius sedang terjadi. Polisi? Tapi aku tak tau kemana mereka pergi. Hanya ada satu jalan. Kuambil ponselku dan kumasukkan beberapa nama dalam direct message group itu. Kupastikan sekali lagi tak ada yang tertinggal.

Para agents apakah kalian aktif?

Aku menunggu dengan cemas tapi kulihat Chinye dan Dongsun hyong saat ini aktif.

Cy.won>Agent Won Chinye disini

Mindongsun0103 >Copy

Agent Heo dalam bahaya dan kita harus menolongnya

Hyeilwon08 >Base camp siap

Aku akan kesana dalam 10 menit

Ya, inilah jalan yang kupikirkan. Aku, Dongsun hyong, Chungdae hyong, Hyeil hyong, Chinye, Joonki hyong dan Yeowoo noona adalah sahabat sejak kecil. Dari dulu kami terobsesi menjadi polisi dan suka bermain sebagai detektif. Kami bergantian membuat kasus dan bergantian memecahkannya. Joonki hyong boleh terlihat suka bercanda tapi dia hampir selalu bisa membuat kasus yang sulit dipecahkan. Tapi di antara kami semua, aku boleh bilang Yeowoo noona adalah pemecah masalah yang paling cepat dan baik. Sekarang aku butuh bantuan mereka.

"Eomonim!" sapaku pada eommanya Hyeil hyong.

"Donghyun! Eomonim selamat malam!"

Dongsun hyong muncul di belakangku dan rambutnya agak berantakan. Ini sudah jam 9 malam jadi aku yakin dia tadinya lagi tiduran.

"Oh tadi Joonki baru saja datang. Kalian akan menginap?"

"Mungkin," jawab hyong sambil tersenyum.

"Kami permisi eomonim."

Dengan setengah berlarian kami naik ke kamar Hyeil hyong. Di ranjang yang sempit itu sudah duduk Chinye dan Youngkyong, sedangkan Joonki hyong tiduran di lantai.

"Aku mengajak Youngkyong karena tadinya dia mau menginap disini," jelas Chinye tanpa kami sempat bertanya.

"Apa yang terjadi pada Chungdae?" tanya Dongsun hyong setelah pintu ditutup.

"Tadi aku pergi ke apartemen miss Baek hanya untuk sekadar melihatnya, tapi kulihat ada yang menariknya dan Chungdae hyong mengejar mereka."

"Apakah kalian pikir ini penculikan?" tanya Hyeil hyong.

"Ya. Selama ini ada orang yang menguntit dan mengancam miss Baek dan mungkin malam ini dia menjalankan aksinya," jawab Dongsun hyong.

Chinye dan Youngkyong mengeluarkan suara terkesiap yang keras.

"Berapa orang penculiknya?" tanya Joonki hyong yang akhirnya duduk.

"Kulihat hanya satu."

"Kita bisa mengatasinya. Yang pertama kita harus melacak keberadaan Chungdae."

Hyeil hyong sudah siap beraksi dengan laptopnya. Dia memakai kacamatanya dan mulai mengetik kode aneh di laptopnya. Jika ada suatu hal yang orang tak banyak tau tentang Hyeil hyong, bahkan orangtuanya sendiri, adalah bahwa dia adalah seorang hacker. Dia belajar secara otodidak sejak dua tahun yang lalu dan pernah mengambil akun Instagram Yeowoo noona untuk mengerjai kami. Dia juga suka membantu orang-orang dan sudah dibayar untuk jasanya.

"Kita beruntung ponsel Chungdae menyala dan aku sudah melacak lokasinya."

"Bagaimana kalau kita panggil polisi saja?" usul Youngkyong ketakutan.

"Kurasa sebaiknya kita cek dulu keadaannya yang sebenarnya," usulku.

"APAKAH AKU TERLAMBAT?"

Pintu menjeblak terbuka dan Yeowoo noona masuk dengan terburu-buru. Kami memberinya briefing singkat.

"Baiklah, aku setuju kita akan mengecek keadaan dulu. Pastikan kita semua tersembunyi dari si penculik," putus Dongsun hyong yang menjadi leader kami, "utamakan keselamatan."

"Bawa laptop!" seru Chinye pada Hyeil hyong.

Dalam sekejap kami semua berada di luar rumah (kami beralasan akan menginap di rumahku pada orangtua Hyeil hyong, aku merasa bersalah kami berbohong, tapi kami tak boleh menunda waktunya lagi). Aku tak tau apa yang terjadi pada Choeun noona dan Chungdae hyong sekarang.

"Kurasa naik bus akan lebih cepat," usulku.

"Donghyun, aku akan mampir ke suatu tempat dulu. Hyeil hyong, kirimkan koordinat kalian dan Chungdae padaku dan aku akan menyusul," jelas Dongsun hyong panjang.

"Sudah kukirim!" balas Hyeil hyong yang jarinya menari lincah di laptopnya yang dipegangi Chinye.

"Mau kemana hyong?"

"Aku mau memastikan sesuatu. Donghyun, jaga yang lainnya dan jangan gegabah."

"Baik hyong."

Dan rombongan kami dan Dongsun hyong berpisah jalan. Kuharap tak ada yang terjadi pada noona dan Chungdae hyong. Tunggu, kami datang.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun