Yifang kelihatan bingung. Aku langsung duduk di sampingnya dan mengguncang-guncang tubuhnya.
"Ayo dong Yifang... meski kau sahabatnya, kau kan sahabatku juga..."
"Kurasa Julie suka padamu sih, Hae, hanya saja... kau tau kan, dia itu guru kalian. Apa kata orang-orang kalau dia pacaran denganmu?"
"Siapa peduli? Yang penting kami saling suka," tukasku.
"Yang peduli adalah agensimu. Apa kau lupa, aku sudah pernah diberi kesusahan oleh agensimu?"
"Hmm... tapi aku menyukainya. Bagaimana ini? Masa sih kali ini aku harus patah hati lagi?"
"Aigo... aku kasihan juga denganmu, Hae. Begini saja, aku beri alamat tempatnya bekerja, selanjutnya kau berusaha sendiri yah."
"Benarkah, Yifang? Boleh, boleh..."
Aku mencarikan kertas dan pena untuk diberikan pada Yifang, dan Yifang menuliskan alamat yang sepertinya lumayan kukenal di daerah Seoul.
"Kurasa kalau kau berusaha lebih giat, Julie bisa menyerah akhirnya. Hwaiting, Hae..."
"Ne, gomawo, Yifang..."