Benar, aku harus berusaha dengan baik supaya bisa menggantikan Aqian. Lihatlah Hangeng oppa, aku akan berusaha!
"Xili, kau tidak perlu membantuku membereskan dapur lagi. Ini sudah malam, pulanglah."
Aku melirik jam dinding yang saat itu sudah jam 12 lewat 5 menit tengah malam. Rekan sekerjaku yang terakhir bahkan sudah pulang jam 12 tepat. Tapi dapur berantakan sekali karena ledakan pelanggan hari ini, jadi aku kepingin membantu Hangeng oppa sebentar lagi.
"Sebentar lagi juga tidak apa-apa, oppa. Lagipula aku menunggu Leeteuk oppa yang akan sekalian menjemputku pulang."
"Oh, Leeteuk hyung akan sekalian mengantarmu pulang? Baguslah kalau begitu. Terima kasih untuk bantuannya, Xili."
Aku tersenyum. Entah kenapa aku sangat rela membantu Hangeng oppa. Jujur saja, dalam hatiku, aku masih menyimpan perasaan cinta terhadapnya. Dan ponselku berbunyi. Aku menariknya dari dalam saku jeans-ku. Leeteuk oppa.
"Yoboseyo, Leeteuk oppa... ng? tidak bisa? Apa? Zhoumi oppa? Ah, tidak perlu, oppa, aku bisa pulang sendiri. Benar kok, tidak enak merepotkan Zhoumi oppa... aku janji aku akan menelepon oppa kalau aku sudah pulang. Baik, aku naik taksi," ucapku pada ponselku, "iya, oppa. Terima kasih."
"Leeteuk hyung tidak bisa menjemputmu?"
"Ne, oppa. Tiba-tiba dia harus mengurus pasien gawat darurat. Tidak apalah, aku naik taksi saja."
"Tidak aman. Aku masih ingat kejadian Meifen dan aku tidak mau ambil resiko kejadian yang mirip menimpamu. Aku akan mengantarmu."
"Tapi oppa, aku akan menjaga diriku, aku..."