"Tapi setidaknya oppa berusaha! Aku akan di samping oppa, mendukung oppa, dan akan terus cerewet seperti ini kalau oppa menyerah atau mengeluh!"
"Untuk apa kau menghabiskan waktumu mendukungku, Xili? Masa depanmu cerah di depan sana!"
"Aku tidak merasa aku menghabiskan waktu, karena aku memang rela melakukannya! Itu karena oppa selalu ada di hatiku, dari sejak kita bertemu hingga sekarang!"
Aku melepaskan emosiku, melepaskan bebanku. Aku terengah-engah. Apa dia tidak tau, aku mencintainya? Walaupun aku merasa aku bahagia bersama Donghae oppa dulu... tapi rasa cinta yang itu berbeda dengan rasa cinta yang kurasakan terhadapnya sekarang.
"Xili... jangan katakan itu. Aku akan jadi penghambat masa depanmu. Seorang yang lumpuh, tidak bisa jadi sandaranmu seumur hidup, malah akan membebanimu. Kau bisa memilih Donghae daripada memilihku, Xili."
"Tapi aku hanya mencintai oppa. Oppa tidak akan membebaniku. Aku yakin oppa akan sembuh. Aku akan menemani oppa di setiap terapi. Dan aku... bukan mencintai Donghae oppa seperti aku mencintai oppa," jelasku dengan suara bergetar, "aku dan Donghae oppa... hanya perasaan... ingin memiliki, karena dulu dia adalah idolaku. Sedangkan untuk oppa... perasaan itu berbeda."
Hangeng oppa kini memandang lurus ke mataku. Oppa... jangan katakan sesuatu yang bisa membuat hatiku sakit, kumohon?
"Xili... kalau aku tidak bisa sembuh..."
"Oppa, apakah oppa mencintaiku?"
"A... apa?"
"Aku ingin jawaban oppa."