"Ngana musti paham Tomy, seorang Bupati nda mungkin mo angkat orang yang tidak dikenal dengan baik karena itu beresiko" kata Bu Winsu seperti membela diri.
"Iya betul Opa, tapi disaat yang sama Opa menutup mata terhadap putra putra daerah lain yang mungkin punya kualitas yang sama tapi tidak memiliki kesempatan untuk dikenal Opa. Ini yang menurut kita kegagalan Opa dalam reformasi birokrasi. Opa nda punya sistem merit yang terstandard, objektif dan transparan". Kataku sedikit menguliahi Opa.
 Opa kembali terdiam.
"Kong menurut ngana, apa dang yang kita harus beking" tanya Opa serius.
"Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang"Â Ucapku bercanda sambil mengutip ayat alkitab yang disambut tonjokan Opa pada perut saya sambil mengumpat "Keode ngana!".
Saat saya di Amerika tahun 2011, ku dengar kabar kekalahan Bu Winsu dalam Pilkada 2011. Prediksi candaan saya terbukti.
.... Sruput lagi kopinya,.. kini tinggal setengah gelas!
Sekembalinya saya ke Indonesia tahun 2017, saya bertemu Bu Winsu lagi diacara syukuran pelantikan Bupati Jabes Gaghana di sebuah Hotel di Manado. Saat itu saya diminta menjadi MC acara tersebut dan Opa saya minta menyampaikan sambutan dan nasehatnya sebagai tokoh masyarakat Nusa Utara. Hari itu Opa berpesan,
"Ngana bantu dan kawal Pak Bupati neh, Supaya Sangihe ada kemajuan lebih cepat"Â sambil menepuk pundak saya.
"So ngoni pe oras skarang mo kerja. Kita tinggal mo kase kase nasehat jo" ucapnya teduh.
Suatu ketika Opa geram dan sangat marah pada saya. Malam itu ku ingat betul, Sabtu malam tanggal 19 Mei 2018 hanya beberapa hari menjelang peringatan satu tahun kepemimpinan Bupati Jabes Gaghana di Sangihe, Opa menelfon saya.