Ketiga, Seandainya pun contextual ground nya 'dipaksakan' menjadi 'evolusi' dalam konteks biologi dan lantas perdebatannya akan ada di ranah evolusi versi teori Darwin, maka test DNA pun akan jadi lelucon. Kenapa, karena test DNA ini harus dibawah dan telisik pada rantai perubahan DNA yang berusia jutaan tahun dan jika ternyata titik akhirnya bertemu pada kesimpulan  bahwa Abu Janda dan Natalius Pigai dua duanya adalah hasil proses evolusi panjang dari common ancestor yang sama yakni  primata Dryopithecus. Lantas untuk apa test DNA? Karena dalam konteks evolusi ini, kita semua yang adalah homo sapiens adalah turunan hominis dari primata Dryopithecus. Soal moyang kita bentuknya seperti apa itu takdir kita semua. Kita tidak bisa memilih moyang! Akan menjadi sebuah lelucon yang tidak lucu jika cuitan Abu Janda kemudian dipaksakan menjadi kasus hukum karena ini akan membuktikan betapa bodohnya kita, betapa sempitnya nalar kita. Meskipun demikian kasus ini semakin membuktikan bahwa benar, kita masih sedang berevolusi dan evolusi kita termasuk evolusi kemampuan berfikir dan bernalar kita memang masih jauh dari sempurna.
Sebagai catatan akhir, tulisan ini tidak bermaksud menggurui, karena kemampuan bernalar saya pun masih terbatas dan masih sedang berevolusi. Tulisan ini semata mata saya tujukan untuk dijadikan salah satu bahan untuk memperkaya referensi  teman teman polisi yang sedang memerikas kasus ini; dan juga untuk saudara saudara saya yang sedang  bertikai untuk mencoba berfikir dengan nalar yang sedikit lebih jernih, agar kita bisa menjaga kewarasan kita dan tidak membesar besarkan permasalahan yang berujung pada potensi perpecahan kita sebagai bangsa. Saya percaya, Indonesia hanya bisa kita jaga keutuhannya jika kita semua berifikir waras. Mari kita jaga kewarasan agar kita bisa menjaga Indonesia.
Â
Â
Salam Indonesia Damai,
Â
Tomy Bawulang
Petambak beberapa ekor ikan Nila di Kampung Utaurano - Sangihe
#catatanbulanan
#anthologythebeeandhoney
#KM91