Kamu tersenyum dan mengangguk, mengucapkan terimakasih sebelum aku pergi.
***
Sekarang pukul 03.00 pagi untuk yang ke sekian kalinya di tempatmu.
Rutinitasmu masih tetap sama.
Namun kini aku mengerti keteraturan yang kaulakukan tidak akan pernah berjalan sama lagi.
Waktu berjalan dan semua peristiwa bergerak teratur mengikuti alur.
Kamu , tidak terkecuali.
A-i-s-y-a-h.  Kubayangkan saat ini dia tengah berada di belakang shafmu. Membaca kata ‘aamiin’ di penghujung alfatihah yang kaubaca.
Ah! Betapa beruntungnya.
***
Aku tahu sebongkah perasaan dan definisi ingin memiliki itu berbeda arti. Aku tidak lagi ingin melanggar batas kewarasanku sendiri. Sehingga engkau tidak perlu bilang bahwa aku ini waras, sebab aku mewaraskan diriku sendiri dengan tidak menggilakan kamu. Aku menyukaimu tanpa syarat, tanpa istilah yang dibuat-buat. Bahkan tanpa peduli beda ruang dan hal tabu yang bernama keyakinan.