Mohon tunggu...
Puji Darmanto
Puji Darmanto Mohon Tunggu... -

SAYS AND UP !!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sute Senja

23 Juni 2015   16:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupannya Surti tak terima dengan keputusan yang diambil suaminya. Ia merasa direndahkan, karena ia tak sanggup memberinya momongan. Apalagi tak ada kesepakatan atau rencana sebelumnya dari mereka untuk mengangkat seorang anak. Tanpa berfikir panjang dan satu kata pun terucap lagi dari mulut Surti. Setelah itu ia langsung meninggalkan bayang-bayangnya menuju kamar.

Tak terasa bagi Sute, pagi menjelang lagi. Rembulan yang menawan , hilang tertelan siang. Burung-burung malam seakan pergi tersapu mimpi. Hari ini nampak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Jendela, udara masuk begitu sejuk. Pelataran tersapu bersih, cobek,dan pikirnya memang lumayan bersih. Tadi malam terasa amat panjang.langitnya menjadi ijuk, menutup bintang bertebaran. Rumput yang mulanya menggelitik, lenyap menjadi himpitan bamboo memijat. Rupanya ia terasa di awan, melayang tanpa batas, menyapu luasnya awang-awang. Di lain dinding, Tejo baru terbangun dari bambunya.

“Amboy…!” ucap Tejo terkaget kaget.

“Apa lagi sih Jo ? Pagi-pagi sudah ganggu orang saja,” sambung Surti dari dinding lain.

“Rajin benar kau Surti, pagi-pagi sudah kerja rodi seperti ini,”sindir Tejo sambil senyum-senyum.

“Maksud kamu apa sih Jo…? Aku semakin tak mengerti dengan apa yang kamu omongkan,” ujar Surti.

Mereka berdua tak paham, rupanya anak pungut itulah yang berulah. Hingga saat itu, mereka berdua hanya saling tanya. Tejo lagi-lagi tak mau adu mulut berkepanjangan dengan Surti. Hanya dengan acungan tangan, ia menunjuk ke pelataran, lantai-lantai, dan kayu-kayu kering yang tertata rapi. Melihat Surti, malah Tejo kebablasan takut. Sepertinya Surti memang tipe-tipe orang yang gampang marah, dikit-dikit cemberut, dikit-dikit muram, hingga auranya tak terpancar sedikit pun. Dulu itulah yang membuat Tejo pertama kali kesengsem kepada Surti. Sifatnya yang manja, menggemaskan dan malu-malu. Sehingga, Tejo tak bosan-bosannya menggoda Surti. Tapi semenjak menikah, apa yang telah Tejo bayangkan sebelumnya tak seperti ekspektasinya saat itu. Lagi-lagi Tejo berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

Di emperan, Surti dan Tejo mulai berinteraksi lagi. Entah apa yang ada di benak Tejo. Tapi dialah yang memulai pembicaraannya. Rupanya ia coba untuk memecahkan suasana yang ada di gubuk itu.

“Bau apa ya ini Sur ?” ujar Tejo.

“Entah…,” jawab Surti singkat.

“Sikapmu kok semakin berubah Sur, kau tak seperti yang ku kenal dulu,” gumam mulut Tejo lirih tanpa sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun