bunga yang tumbuh di ujung senapan
berwarna darah dan lahir di tengah usungan keranda
kini di mana lagi dapat tidur nyenyak,
semua negeri makmur diimpi busuk di tangan
belulangnya disimpan mengusik menjelma penyakit
kini apa lagi dapat mengeyangkan jamuan,
bila sangkur saling menusuk sakit
seperti taufan sembilu melunta-lunta pengungsian
terbuang di rawa kemiskinan dan lembah kegelapan
bunga yang mekar di ujung senapan
Menghirup darah dan busuknya mengatasi karat tembaga
kini siapa lagi dapat menahan tangisan,
daun-daun kehidupan mati gugur berserakan
seperti hutan esok hari menancapkan nisan-nisan
kini apa lagi yang dapat dikagumi
bila lahir mengenal matahari tiada arti
di antara mengusap cacat dan dipaku kematian
jika senapan melolong memanggil srigala bangkai berpesta
ingin dunia ditenggelam airmata dan damai hening karenanya,
sebab semua airmata pedih di bibir luka
negro, bukankah hanya hitam dan Eropa karena kulit putih saja?
Persia, bukankah hanya nama dan Antartika karena di kutub sana?
jika bunga ditanam di ujung senapan kembali
ah, apalagi yang dapat dipetik esok hari
Banjarbaru, 1990
Sajak warga negara
di Hari Ulang tahun Republik Indonesia ini
apakah aku berada di negara Indonesia?
apakah aku warga negara Indonesia?
Indonesia tanpa Ketuhanan Yang Maha Esa
bukan Indonesia*
Indonesia tanpa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
bukan Indonesia*
Indonesia tanpa Persatuan Indonesia
bukan Indonesia*
Indonesia tanpa Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
bukan Indonesia*