Mohon tunggu...
Qinimain Zain
Qinimain Zain Mohon Tunggu... profesional -

Scientist & Strategist (QPlus Management Strategies - Consultant)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masalah (Kedaluwarsa Teori Sastra – Prinsip Puisi) Indonesia

10 April 2016   02:57 Diperbarui: 11 April 2016   03:04 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Brooks (1952) membagi irama dengan jambe (u-/u-), anapes (uu-/uu-), troche (-u/-u), dan dactylus (-uu/-uu), dimana (-) berarti arsis (keras) dan (u) berarti thesis (lunak). Sedang Rime atau rima dapat tersusun berangkai (aa, bb), berselang (abab, cdcd) dan seterusnya.

Irama sebuah bait puisi dapat ditangkap setelah dibaca yang berguna mempertegas maknanya.

Kelima, TQT, Imagery. Daya bayang adalah suatu gambaran imajinasi dihasilkan oleh sesuatu secara keseluruhan.
Membangkitkan pikiran dan mendorong imajinasi menjelmakan gambaran yang nyata perasaan penikmat bahwa mereka benar-benar mengalami peristiwa tersebut.

Dalam proses penciptaan suatu puisi diawali dengan menulis obyek dengan kata kongkret sampai kepembentukan daya bayang. Artinya, daya bayang tak mungkin ada tanpa irama, irama tak akan terbentuk tanpa gaya, gaya tak terwujud tanpa pilihan kata, dan pilihan kata tak akan pernah tercipta tanpa kata kongret.

Demikian juga,TQZ Literature – Path(s) (Diagram, 2000): TQT Kebaruan (New) hanya pernah tercipta oleh TQI Keunikan (Unique), TQI Keunikan hanya terwujud oleh bahasa yang TQS Berwarna (Picturesque), bahasa yang TQS Berwarna hanya terbentuk oleh kata-kata yang TQC Padat (Compressed) dengan konotasi makna ganda dan kata-kata yang TQO Hidup (Vivid) hanya terjadi bila seluruh kata diwakili oleh kata yang melukiskan situasi sesungguhnya.

Selain itu, kata yang Hidup (Vivid) hanya dapat dibangun oleh Kata kongkret (Concrete word), Padat (Compressed) oleh Pilihan kata (Diction), Berwarna (Picturesque) oleh Gaya (Style), Unik (Unique) oleh Irama (Rythme) dan Baru (New) oleh Daya bayang (Imagery)

Secara ringkas pendekatan TQZ Metode Menulis Puisi yang baik paradigma baru dimulai dengan menulis obyek dengan Kata kongkret (Concrete word), kemudian kata-kata direvisi dengan mensubsitusi dengan Pilihan kata (Diction) lebih tepat, berikutnya Pilihan kata ide yang ingin dikemukakan dari kata, baris, kalimat, dan bait diperkuat Gaya (Style), tanda baca, potongan, dan susunannya, berikutnya dipertajam letak kata pada baris.

Berikutnya kalimat dan antar bait atas pertimbangan tekanan Irama (Style) kata-kata, yang akhirnya disempurnakan dengan membaca berulang-ulang dan mengkoreksi secara keseluruhan agar berupa satu kesatuan dengan sebab-akibat atau kesimpulan logis yang mampu menciptakan Daya bayang (Imagery)”. Sedang “Puisi adalah hasil karya sastra berupa kata-kata yang disusun menurut syarat tertentu berupa kata kongkret, pilihan kata, gaya, irama dan daya bayang (Qinimain Zain, 2000)”. (Qinimain Zain, 2005:10).

Tambahan. Sekarang dan masa depan, “Menurut Kauro Ishikawa (1985), profesional yang dibutuhkan sekarang memiliki ilmu tipe bentuk kerucut, bukan tipe sumur (Lihat kutipan). Artinya, seseorang profesional ahli botani harus memiliki pengetahuan umum (general) tentang tumbuhan dari lumut sampai daun jarum, tetapi mengambil keahlian (spesialis) untuk bambu, misalnya. 

Begitu juga, pada ilmuwan dengan golongan ilmunya, memiliki pemahaman umum akan matematika, fisika, biologi, bahasa dan psikologi, tetapi memiliki keahlian untuk (ilmu terapan biologi) kedokteran spesialis bedah tulang” (Lihat Science Valley 11: (Kedaluwarsa Golongan Filsafat Ilmu) Indonesia). Demikian juga ahli matematika, fisika, biologi dan psikologi, harus memahami ilmu bahasa, juga sastra meski secara umum untuk unggul dalam persaingan hidup. Memahami teori sastra penting untuk kualitas kemampuan menulis bagi profesi bidang apa pun, seperti pemilihan kata, gaya tulisan atau melatih imajinasi.

Meski fokus mendalami ilmu strategi dan sebagai ilmuwan, saya tetap membaca karya sastra, meski jarang, sesekali menulis puisi, cerita pendek dan esai sastra. Hasilnya, sering diundang sebagai pembicara di forum sastra, budaya dan jurnalistik oleh sastrawan, budayawan dan wartawan memandang sastra, budaya dan jurnalistik dari sudut ilmuwan dan spesialis strategi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun