Pada Strategic Forum kali ini hanya membahas “struktur” keteraturan sistem bahasa, dengan contoh kasus “puisi”.
“Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Struktur fisik puisi terdiri dari tipografi, diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa dan rima/irama” (http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi, diakses 1 Juni 2013)
Dari struktur yang diungkap, sangat jelas masalahnya. Struktur sistem ilmu paradigma baru berkaitan dengan keteraturan jumlah fungsi (unsur) sesuatu, urutan, kaitan dan paduan antar fungsi (unsur) tersebut. Dari Wikipedia fungsi (unsur) definisi puisi jelas tidak teratur (tetap). Artinya, jika yang dipelajari dan diajarkan demikian maka yang didapat dan diberikan sebatas pengetahuan saja, bukan ilmu. Artinya juga, sistem bahasa paradigma lama yang digunakan itu, belum memenuhi syarat struktur sistem bahasa ilmiah ilmu. Ini jelas masalah dasar dan besar. Lalu, mana sih contoh definisi puisi paradigma baru yang memenuhi syarat itu?
Definisi TQZ Poetry (2000) (dalam Paradigma Baru Milenium III – (R)Evolusi Ilmu (Pengetahuan) adalah h6asil seni sastra berupa kata-kata yang tersusun menurut syarat tertentu berupa kata konkret (concrete word), pilihan kata (diction), irama (rhythm), gaya (style) dan daya bayang (imagery) (Morris et al, 1964 - Qinimain Zain, 2000). (Morris (194), sudah sangat baik mengemukakan enam unsur puisi yaitu diction, imagery, the concrete word, figurative language dan rhythm and rime. Tetapi struktur jumlah unsur (fungsi), urutan dan kaitannya tidak teratur sebagai sebuah sistem (ilmu)).
Lalu, bisa lebih jelas lagi nggak sih struktur (r)evolusi paradigma barunya?
Pada paradigma baru unsur (fungsi) puisi berjumlah lima, kata konkret, pilihan kata, irama, gaya dan daya bayang. Lima unsur (fungsi) berurutan tetap dan saling berkaitan. Artinya, dalam proses penciptaan suatu puisi diawali dengan menulis obyek dengan kata konkret sampai kepembentukan daya bayang. Artinya, daya bayang tak mungkin ada tanpa gaya, gaya tak akan terbentuk tanpa irama, irama tak terwujud tanpa pilihan kata, dan pilihan kata tak akan pernah tercipta tanpa kata konkret yang baik lebih dahulu. Terakhir, lima unsur (fungsi) puisi terpadu utuh. Artinya, kekurangan atau kekurangtepatan salah satu unsur (fungsi) puisi membuat definisi tidak sempurna. Ini sebenarnya penerapan TQZ Philosophy of Definition (2000) paradigma baru milenium III – (r)evolusi ilmu (pengetahuan) pada Strategic Forum Special “Sistem Bahasa – Structure of Science (R)Evolution”. Dan, untuk satu perubahan dan penetapan definisi puisi ini saja sudah mengharuskan semua referensi atau buku belajar-mengajar bahasa, khususnya sastra harus ditulis ulang. Semuanya.
Apakah hanya sebatas sistem bahasa struktur puisi yang dibahas pada Strategic Forum itu? Yang lain, banyak. Apakah hanya buku sastra yang harus ditulis ulang? Yang lain, banyak. Apakah termasuk buku referensi sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan universitas juga? Semua, banyak. Termasuk Kurikulum 2013?
Sebenarnya, untuk apa pusing dengan paradigma baru milenium III. Yang penting (maha)siswa nilai ulangan atau ujian tinggi, ijazah dan gelar didapat, meski bahan belajar-mengajar sekolah dan kuliah kacau-balau tak sesuai sistem ilmiah ilmu semestinya. Mengajar juga demikian, yang penting sesuai silabus dan gaji lumayan. Peduli amat bahan pelajaran kadaluarsa. Bukankah, kompetensi lulusan program pendidikan salah satunya hanya meminta kompetensi pengetahuan, bukan berilmu? (Lihat Rujukan, Kurikulum 2013).
Jadi, jelas masalah (sistem bahasa) Indonesia? Struktur sistem bahasa Indonesia dan bahasa lain dunia (paradigma lama) masih kacau-balau, kalau mengacu (paradigma baru) sistem ilmiah ilmu semestinya.
ORANG buta tidak akan berterima kasih pada cermin (Pepatah Inggris)
BAGAIMANA Strategi Anda?
Rujukan: Copyright © Qinimain Zain
1. Mohammad Nuh: http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/08/08205286/Kurikulum.2013
2. Qinimain Zain: Strategi (R)Evolusi Filsafat Definisi, Tablomagazine BISNIS No. 53/II/Oktober 2007:10
3. Qinimain Zain, Masalah (Krisis Paradigma Pendidikan) Indonesia: Masalah (Bukti Krisis Pendidikan) Indonesia, Kompasiana, 26 Februari 2012, (Dikutip lengkap):