Dari itulah, sebenarnya juga, sangat jelas masalah yang dihadapi ilmuwan sehubungan bahasa, yaitu tata bahasa atau sistem ilmiah ilmu bahasa. Bagaimana menyampaikan tulisan ilmiah kalau tata bahasa yang digunakan belum tertata atau sempurna memiliki (keter)aturan ilmiahnya? Bagaimana mungkin ilmiah bahasan sesuatu kalau definisi dari definisi itu sendiri saja belum ilmiah? Lantas, bagaimana memberikan definisi ilmiah untuk kata “definisi” kalau paradigma syarat ilmiah ilmu (termasuk bahasa) belum dipecahkan? (Untuk lebih jelas, contoh kasus verifikasi masalah definisi Paradigma Baru Milenium III, Lihat Rujukan: Masalah (Sistem Bahasa) Indonesia). Untuk memastikan TQZ Philosophy of Definition (2000) benar berlaku tidak hanya golongan disiplin ilmu sastra untuk kata “puisi”, tetapi juga golongan biologi membahas TQZ Butterfly Life Cycle dan (Lihat Rujukan: Masalah (Bukti Krisis Pendidikan) Indonesia). Agar lebih meyakinkan, mengenai kebenaran TQZ Philosophy of Definition diverifikasi untuk golongan ilmu administrasi dan manajemen pemerintahan (Lihat Rujukan: Masalah (Pemerintahan) Indonesia). Selain kupasan rujukan, TQZ Philosophy of Definition telah memecahkan ratusan definisi lain berbagai golongan disiplin ilmu.
Tambahan, membuat sarana ilmiah atau sistem ilmiah adalah ilmu, yaitu meneliti berbagai golongan ilmu untuk (verifikasi) ilmu itu sendiri. Banyak peneliti hanya meneliti sesuatu hal untuk ilmu, bukan meneliti pikiran-pikiran (ilmu) pengetahuan untuk ilmu.
Jadi, jelas masalah (kedaluwarsa sistem bahasa ilmiah) Indonesia (dan dunia)? Mari belajar, mengajar dan mengelola atau memahami apa pun dengan Paradigma Baru Milenium III yang dalam, jelas dan luas, agar lebih baik.
[Seorang ilmuwan] secara alami dan pasti ... berdebat panjang data dan menebak solusi. [Dia melanjutkan untuk] pengujian menebak dengan data baru-memprediksi konsekuensi menebak dan kemudian tanpa perasaan bertanya apakah prediksi diverifikasi (Edwin Powell Hubble).
Bagaimana Strategi Anda?
Rujukan: Copyright © Qinimain Zain
1. Jujun S. Suriasumantri, FILSAFAT ILMU – Sebuah Pengantar Populer, (2005: (Hal. (Hal. 163-187), Pustaka Sinar Harapan, Cetakan Kedelepan Belas, April 2005, Jakarta.
2. Qinimain Zain, Masalah (Sistem Bahasa) Indonesia: Masalah (struktur sistem bahasa) Indonesia, Kompasiana, 1 Juni 2013, (Dikutip lengkap):
Masalah (Sistem Bahasa) Indonesia
(Kompasiana, 01 Juni 2013)
Masalah (Struktur Sistem Bahasa) Indonesia
KETIKA orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam parit (Pepatah Afrika)
Lalu, apa sih masalah (struktur sistem bahasa) Indonesia?
RABU, 22 Mei 2013, Strategic Forum Special kembali mengundang para ahli atau ilmuwan peneliti membahas masalah penting dari sudut Paradigma Baru Milenium III – (R)Evolusi Ilmu (Pengetahuan). Forum khusus ini hanya mengundang beberapa orang saja dari organisasi, instansi atau perusahaan terkait tema yang dibahas. Karena temanya “Sistem Bahasa – Structure of Science (R)Evolution”, yang diundang hadir peneliti dari Balai Bahasa.
Seperti biasa, Strategic Forum dimulai definisi The Liang Gie (1997: 380), Ilmu pengetahuan (science) adalah segenap pengetahuan yang teratur (systematic knowledge). Kemudian, (menanyakan) apa saja syarat keteraturannya? Lalu, definisi paradigma baru menjadi ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur membentuk kaitan terpadu dari kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu (QZ, 2000). Berikutnya, kali ini hanya menjelaskan berkenaan keteraturan struktur, tanpa kode, satuan ukuran dan hukum, hanya sekilas teori baru dalam kegiatan ilmiah. Akhirnya, memberikan contoh kasus bandingan yang belum dan sudah memenuhi syarat keteraturan ilmu sesuai bidang ilmu bahasa peserta forum. Dan, kali ini menarik karena membahas sistem bahasa paradigma baru milenium III di hadapan ahli bahasa. Bukankah (sistem) Bahasa (Indonesia) bidang ilmu sangat penting dan dianggap sudah mantap teratur? Lantas, apa yang bermasalah dengan struktur sistem bahasanya?