Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Fiksi Horor dan Misteri) Sepasang Keris Leluhur

28 September 2016   20:25 Diperbarui: 28 September 2016   23:47 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayu tertawa mendengar ucapan kakak ibunya. Lelaki kecil itu menghentikan gerakan tangannya,  lalu memandang pakdenya. 

“Mau diinjak-injak Bayu,  Pakde?”

Gelem banget,  Le. Lha  tapi kamu kan masih belajar.”

“Cuma lagi nggambar kok, Pakde.”

Bayu beranjak dari kursi belajarnya,  lalu menghampiri Pakdenya yang terbaring di atas tempat tidurnya.

“Asyiiikk, rajinnya ponakan Pakde. Nanti pakde hadiahi limapuluh ribu rupiah, ya,” Yono membalikkan tubuhnya menjadi posisi tengkurap agar Bayu bisa menginjak-injak tubuhnya.  

“Pakde, tahu gak ayah baru aja dikasih keris sama almarhum Mbah Kakung?”

“Hmmm,“ Yono menjawab singkat.  Dia lebih tertarik dengan kenikmatan yang didapatkan saat kaki Bayu menginjak-injak punggungnya.  

“Kata ayah, dua keris itu ada isinya, seorang laki-laki dan perempuan dengan pakaian Jawa. Wah Bayu jadi ingat cerita Mbah Kakung tentang kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa. Raja-Raja yang gagah perkasa dengan kereta kencananya.  Keren sekali pasti ….., “ Bayu terus bercerita sambil kakinya bergerak maju mundur di atas punggung pakdenya.  

Yono tak lagi menggubris cerita keponakannya. Rasa kantuk dan capek mengalahkan keceriaan suara keponakannya yang hobi menggambar dan suka bercerita itu. 

Bayu menghentikan ceritanya dan turun dari badan pakdenya.  Dirapikannya meja belajar yang penuh dengan kertas kertas dan pensil warna. Diambilnya hasil lukisan yang terakhir dibuatnya,  sepasang keris. Lelaki kecil berusia 11 tahun itu lalu memandang sepasang keris milik Mbah Kakungnya yang juga tegeletak di Meja.  Bayu  meminta ijin ayahnya untuk meminjam dua keris tersebut karena dia ingin menggambarnya. Ditinggalkannya Pakde Yono yang sudah memejamkan matanya dan terlelap.  Dan malam ini berarti dia bisa tidur sekamar dengan ayah dan ibunya.  Saat yang selalu membuatnya gembira. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun