Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Fiksi Horor dan Misteri) Sepasang Keris Leluhur

28 September 2016   20:25 Diperbarui: 28 September 2016   23:47 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Keris apaan ini?  Gak percoyo aku nek benda mati ini ada isinya,” Yono menimang - nimang keris yang gagangnya terbuat dari besi kuningan dan berbentuk kepala naga.  Dahinya berkerut.  Lelaki itu masih tak mempercayai cerita adik iparnya.  Ditaruhnya keris yang lebih besar,  lalu diambilnya satu keris lagi yang lebih pendek dan kecil ukurannya. Ditariknya keris tersebut dari warangka yang terbuat dari kayu cendana dan mengeluarkan bau wangi. Meski dimakan usia keris tersebut tak terlihat berkarat,  malah sepertinya masih cukup tajam.  

“Tapi kata orangtuaku ini keris bersejarah, Mas, ” Dodi mengambil keris yang lebih besar dan membersihkan gagangnya dengan kain bersih.  

“Halahhh,  hari gini kamu masih percaya hal-hal mistis seperti itu, “ Yono memasukkan kembali keris yang dipegangnya dalam warangka dan menaruh di atas meja.  

Dodi hanya tersenyum mendengar ledekan kakak iparnya.  Seminggu yang lalu sebelum ayahnya meninggal, Dodi mendapatkan amanah untuk menyimpan sepasang keris yang telah berusia lebih dari seratus tahun.  Selama ini Dodi tahu kalau ayahnya sangat menyayangi sepasang keris peninggalan leluhurnya itu.  Secara rutin ayahnya selalu melakukan penjamasan terhadap benda pusaka tersebut dan menyimpannya dalam kotak khusus. 

“Kamu percaya, Ndar,  kalau dua keris itu ada isinya?” Dodi mengambil sepotong sukun goreng yang baru saja dihidangkan Sundari,  adiknya,  di atas meja. 

“Kalau almarhum ayah mertuaku bilang seperti itu, mungkin saja sih,  Mas, " Sundari yang duduk di samping Dodi mengambil keris berukuran lebih kecil dan memperhatikan dengan saksama bentuknya.  

***

Yono merebahkan tubuhnya di atas  tempat tidur di kamar Bayu,  ponakannya. Badannya terasa sangat lelah. Jarak lebih dari 450 kilometer baru saja ditempuhnya dari kota Ungaran ke Jakarta. Untung saja sekarang ada tol sampai ke kota Brebes yang kemacetan di Brexit alias Brebes exit saat lebaran lalu sempat menjadi pemberitaan dunia. 

Setiap mengantarkan mobil pesanan konsumen ke Jakarta, Yono memang selalu menginap di rumah adik perempuannya. Sebulan bisa tiga-empat kali lelaki berusia 45 tahun itu ke Jakarta dan biasanya akan menginap semalam di rumah Sundari sebelum kembali ke Ungaran

“Pakde, capek ya?“ tanya Bayu yang sedang sibuk menyelesaikan lukisannya.  

“Ya,  lumayan, Le .Badan Pakde kayak dipukulin orang sekampung.”

Bayu tertawa mendengar ucapan kakak ibunya. Lelaki kecil itu menghentikan gerakan tangannya,  lalu memandang pakdenya. 

“Mau diinjak-injak Bayu,  Pakde?”

Gelem banget,  Le. Lha  tapi kamu kan masih belajar.”

“Cuma lagi nggambar kok, Pakde.”

Bayu beranjak dari kursi belajarnya,  lalu menghampiri Pakdenya yang terbaring di atas tempat tidurnya.

“Asyiiikk, rajinnya ponakan Pakde. Nanti pakde hadiahi limapuluh ribu rupiah, ya,” Yono membalikkan tubuhnya menjadi posisi tengkurap agar Bayu bisa menginjak-injak tubuhnya.  

“Pakde, tahu gak ayah baru aja dikasih keris sama almarhum Mbah Kakung?”

“Hmmm,“ Yono menjawab singkat.  Dia lebih tertarik dengan kenikmatan yang didapatkan saat kaki Bayu menginjak-injak punggungnya.  

“Kata ayah, dua keris itu ada isinya, seorang laki-laki dan perempuan dengan pakaian Jawa. Wah Bayu jadi ingat cerita Mbah Kakung tentang kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa. Raja-Raja yang gagah perkasa dengan kereta kencananya.  Keren sekali pasti ….., “ Bayu terus bercerita sambil kakinya bergerak maju mundur di atas punggung pakdenya.  

Yono tak lagi menggubris cerita keponakannya. Rasa kantuk dan capek mengalahkan keceriaan suara keponakannya yang hobi menggambar dan suka bercerita itu. 

Bayu menghentikan ceritanya dan turun dari badan pakdenya.  Dirapikannya meja belajar yang penuh dengan kertas kertas dan pensil warna. Diambilnya hasil lukisan yang terakhir dibuatnya,  sepasang keris. Lelaki kecil berusia 11 tahun itu lalu memandang sepasang keris milik Mbah Kakungnya yang juga tegeletak di Meja.  Bayu  meminta ijin ayahnya untuk meminjam dua keris tersebut karena dia ingin menggambarnya. Ditinggalkannya Pakde Yono yang sudah memejamkan matanya dan terlelap.  Dan malam ini berarti dia bisa tidur sekamar dengan ayah dan ibunya.  Saat yang selalu membuatnya gembira. 

****

“Kamu  pasti yang mencuri kuda putih itu, hayo ngakuuuuu !!!! “ pengawal istana memegang kedua pergelangan tangan Yono dan menguncinya di belakang punggung pria itu. 

“Saya bukan pencuri,  sumpaaah, “ Yono meronta,  berusaha melepaskan dirinya dari pegangan  dua pengawal istana.  

“Kamu memangnya tidak tahu kalau itu kuda kesayangan tuan putri ? Kamu jual di mana kuda putih itu ?” teriak seorang pengawal lain yang berbadan lebih gemuk.  

Yono terus meronta berusaha membebaskan dirinya, tapi kegagahannya tak berarti apa-apa dibandingkan dengan kekuatan kedua pengawal istana itu.  Pecuma saja dia mengerahkan tenaganya untuk membebaskan dirinya.  

“Ayo kita bawa dia ke hadapan paduka raja dan ratu, “ pengawal yang bertubuh tinggi dan tegap tersebut langsung menarik tubuh Yono ke pendopo istana dengan paksa.  

Percuma saja Yono berusaha keras untuk mengingkari bahwa dirinya bukan pencuri kuda putih milik putri raja karena bukti-bukti memang mengarah padanya. Yono adalah pegawai yang bertugas memandikan kuda-kuda peliharaan istana. Dan saat terakhir sebelum kuda putih itu hilang, Yono mengatakan pada temannya bahwa dia sangat menyukai kuda tersebut dan ingin sekali memilki jenis kuda seperti itu.  

“Jadi kamu orang yang mencuri kuda anakku?”tanya sang raja yang duduk di singgasananya. 

“Sungguh bukan saya, Paduka, “ Yono yang duduk bersimpuh di hadapan Raja menundukkan kepalanya. Dia sangat mengharapkan pengampunan dan kebaikan dari junjungannya tersebut.  

“Kamu tahu hukumannya seorang pencuri?” paduka raja berdiri dari kursi singgasananya. Seorang pengawal menyerahkan sebuah nampan berisi dua buah keris.

Kowe milih keris sing endi? “ Raja memberi isyarat pada sang pengawal untuk menunjukkan kedua keris tersebut kepada Yono.  

Pengawal menarik badan Yono untuk melihat dua buah benda yang ditaruh di atas nampan.  Yono tahu hukuman seorang pencuri di kerajaan ini adalah potong tangan. Lelaki itu begitu ketakutan. 

Kowe ora percoyo to nek keris iki sekti?“

Yono memandang sepasang keris yang ditunjukkan kepadanya. Mata Yono terbelalak,  tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gagang keris itu berbentuk kepala naga. 

Keris itu…  

Mata Yono semakin terbelalak.  Keringat dingin membasahi tubuhnya.  

Raja mengambil keris yang berukuran lebih besar, lalu mengeluarkannya dari warangka.Dia mengisyaratkan kepada pengawal untuk memegang tangan kanan Yono.  

Yono berusaha memberontak dan berteriak-teriak ketakutan. Tangan kanannya sebentar lagi akan hilang.  Tiba-tiba Yono ingat,  dia bukanlah seorang pegawai istana yang bertugas mencuci kuda.  Dia adalah seorang pegawai sebuah perusahaan Karoseri.  Tapi mengapa sekarang dia ada di sini ??

Lelaki yang dipanggil paduka raja itu mengangkat keris yang tampak berkilat menandakan ketajaman benda tersebut.  

“Ampuuuuun,  Paduka Raja.. Ampuuuunn…., “

Yono meronta-ronta ketakutan dan saat keris itu hampir menyentuh tangannya, lelaki itu membuka matanya. Yono langsung terbangun dan terduduk dengan napas terengah-engah. Matanya memandang sekeliling dan dia baru ingat kalau dirinya ada di kamar Bayu,  keponakannya. Lampu di kamar tersebut di matikan. Hanya sedikit cahaya yang berasal dari lampu penerangan di samping rumah yang menembus di sela-sela jendela kamar.  Dalam keremangan, Yono  masih bisa melihat sepasang lelaki dan wanita dengan balutan pakaian Kerajaan. Kedua sosok tersebut memandangnya sesaat lalu menghilang dan meninggalkan asap putih. Perlahan asap putih itu bergerak menuju ke meja belajar Bayu, lalu masuk ke dalam benda yang ditaruh di atas sana.  

Ke dalam sepasang keris leluhur

 

Catatan:

1.      Nek: kalau (Bahasa Jawa)
2.      Warangka: sarung keris
3.      Penjamasan: memandikan
4.      Le (Thole) : Nak ( Bahasa Jawa)
5.      Gelem: mau (Bahasa Jawa)
6.      Kowe milih keris sing endi :  Kamu memilih keris yang mana (Bahasa Jawa)
7.      Kowe ora percoyo to nek keris iki sekti : kamu tidak percaya kan kalau keris ini sakti (Bahasa Jawa) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun