Pengawal menarik badan Yono untuk melihat dua buah benda yang ditaruh di atas nampan.  Yono tahu hukuman seorang pencuri di kerajaan ini adalah potong tangan. Lelaki itu begitu ketakutan.Â
“Kowe ora percoyo to nek keris iki sekti?“
Yono memandang sepasang keris yang ditunjukkan kepadanya. Mata Yono terbelalak, Â tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gagang keris itu berbentuk kepala naga.Â
Keris itu… Â
Mata Yono semakin terbelalak. Â Keringat dingin membasahi tubuhnya. Â
Raja mengambil keris yang berukuran lebih besar, lalu mengeluarkannya dari warangka.Dia mengisyaratkan kepada pengawal untuk memegang tangan kanan Yono. Â
Yono berusaha memberontak dan berteriak-teriak ketakutan. Tangan kanannya sebentar lagi akan hilang. Â Tiba-tiba Yono ingat, Â dia bukanlah seorang pegawai istana yang bertugas mencuci kuda. Â Dia adalah seorang pegawai sebuah perusahaan Karoseri. Â Tapi mengapa sekarang dia ada di sini ??
Lelaki yang dipanggil paduka raja itu mengangkat keris yang tampak berkilat menandakan ketajaman benda tersebut. Â
“Ampuuuuun,  Paduka Raja.. Ampuuuunn…., “
Yono meronta-ronta ketakutan dan saat keris itu hampir menyentuh tangannya, lelaki itu membuka matanya. Yono langsung terbangun dan terduduk dengan napas terengah-engah. Matanya memandang sekeliling dan dia baru ingat kalau dirinya ada di kamar Bayu,  keponakannya. Lampu di kamar tersebut di matikan. Hanya sedikit cahaya yang berasal dari lampu penerangan di samping rumah yang menembus di sela-sela jendela kamar.  Dalam keremangan, Yono  masih bisa melihat sepasang lelaki dan wanita dengan balutan pakaian Kerajaan. Kedua sosok tersebut memandangnya sesaat lalu menghilang dan meninggalkan asap putih. Perlahan asap putih itu bergerak menuju ke meja belajar Bayu, lalu masuk ke dalam benda yang ditaruh di atas sana. Â
Ke dalam sepasang keris leluhur