Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta Sanusi Pane juga percaya kengototan polisi sebagai upaya menghalangi KPK agar tidak menyentuh kasus yang lebih besar lagi. Ia membeberkan selama ini sudah menjadi rahasia umum Korlantas menjadi ATM bersama sejumlah perwira. Sekalipun ada juga dana dari Korlantas yang mengalir untuk menutupi kegiatan organisasi yang kurang biaya. Soal Korlantas menjadi ATM bersama itu juga diakui seorang makelar pembuatan SIM dan STNK. Ia menuturkan setiap hari Jumat ada setoran 'uang haram' dikumpulkan yang kemudian dibagikan secara merata berjenjang dari atas ke bawah. Uang itu antara lain dari uang pelicin pembuatan by passSIM dan STNK. "Untuk bikin SIM saja, coba lihat di kantor polisi atau samsat. Kalau normalnya bikin SIM A atau B kan Rp. 250 ribu. Tapi kalau mau lewat jalur cepat itu, ya pokoknya tinggal foto bisa dikenai Rp 530 ribu per SIM," cerita si makelar SIM itu.
"Nah, setiap hari seorang anggota Lantas di kepolisian khusus menangani SIM dan STNK ini bisa mengantongi Rp. 1 juta per hari. Nah ini dikumpulkan setiap hari. Kalau saya ingat setiap Kamis atau Jumat, uang hasilnya itu disetor ke atasannya sampai ke paling atas," cetus makelar yang tidak mau disebut namanya itu. Kriminolog Adrianus Meliala mengemukakan hal yang hampir sama. Bagi Adrianus, hal yang wajar bila masyarakat menduga ada sesuatu yang ingin disembunyikan Polri. "Mungkin ada yang disembunyikan, kemungkinan karena polisi punya kepentingan," terang Adrianus. Kengototan itu memang akan banyak memunculkan isu liar yang memperburuk citra polisi sendiri. (sumber majalah detik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H