Mohon tunggu...
Avet Batang Parana
Avet Batang Parana Mohon Tunggu... lainnya -

Pengubah Kertas Menjadi Emas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harga Sebuah Mahkota Wanita

18 Juni 2012   14:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:49 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kebanyakan orang, hidup itu adalah pilihan, namun tidak untukku; aku tak punya pilihan lain, selain pasrah menyetujui keinginan mereka.

“Baiklah, aku akan ikut bersama kalian ..,” timpalku; mengambil alih pembicaraan.

“Jangan, Nak! Mereka akan …”

“Aku akan baik-baik saja, Amak. Kasihan adik-adikku, jika rumah kita harus diambil.”

“Tapi, Nak!”

Entah benar ataukah salah. Aku hanya bisa tersenyum kepada Amak; sebagai salam perpisahan.

*

Tak ada segeming suara yang kucipta; lidahku seakan terlekat kuat, seiring tatapan mataku yang rapat; menerawang krikil-krikil jalanan melalui kaca mobil carry[6] yang membawaku melesat pergi. Aku tak tahu mereka akan membawaku kemana; mobil itu melaju dengan kencang menelusuri berbagai arah jalan.

Kumandang adzan subuh membias, hinggap; menyapa gendang telingaku. Aku memberanikan diri untuk berbicara kepada lelaki yang mengendalikan setir mobil.

“Berhenti sebentar, Pak! Aku ma … ma … u sholat dulu di depan,” kataku gugup.

Mendadak laju mobil dihentikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun