Misalnya akan bekerja lebih keras, akan mencapai target prestasi di kantor untuk target maupun untuk posisi baru. Atau bahkan akan diikuti dengan "joint bisnis" dengan rekan, demi cita-cita sebuah "rumah Baru".
Intinya kita tak mau ada  target, tapi justru menciptakan bencana baru, seperti hutang bank yang tertunggak karena angsurannya melebihi 30 persen dari pendapatan kita.
Apa pentingnya bagi kita di masa depan?. Jika selama ini kita mengontrak rumah, cita-cita itu berarti harapan untuk punya rumah tinggal sendiri. Jika evaluasi di akhir tahun ternyata hanya menghasilkan tambahan tabungan, hanya bisa membeli sepetak tanah bakal rumah, atau bahkan baru bisa membangun sebuah "rumah tumbuh", bukankah itu pencapaian?.
Tahun depan bisa dilanjutkan dengan cita-cita baru, sekedar merenovasi rumah, melengkapi interior. intinya ada "kebebasan baru" daripada mengontrak rumah.
Hasil resolusi itu bisa tunjukkan kepada anak-anak, Â bahwa rumah kita saat ini adalah "buah" dari resolusi tahun kemarin. sehingga ketika anak-anak di ajak merancang sebuah cita-cita mereka akan melihat bukti rielnya.
Memetakan Cita-Cita Anak
Jika resolusi itu spesifik kita tujukan bagi anak-anak kita. Kita tak hanya sekedar merancang resolusi, banyak hal yang harus dipertimbangkan;
Temukan minat bakat anak
Setiap anak memiliki kelebihan tersendiri yang harus kita gali. Minat dan bakat anak meskipun sederhana adalah sebuah asset penting. Perhatikan ketika anak-anak menggambar, setiap tarikan garis, karakter tokoh, memiliki cita rasa sendiri. Aelita Andre contohnya, pelukis cilik asal Australia, yang lukisannya bernilai jutaan dollar.Â
Sedari awal kita amati apa yang menjadi minat atau minimal apa kesukan anak-anak. Apakah unggul urusan literasi, jago bidang numerasi, seni, penguasaan alat musik, atau olah raga. Meskipun akan tetap berubah mengikut mood anak-anak, namun setidaknya kita bisa mendiskusikannya, mengamatinya lebih intens, dengan waktu yang luang, dan fleksibel.
Buat Resolusi Sederhana