Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keajaiban Dunia ke-9; Indonesia Negeri Tanpa Koruptor

19 Desember 2021   01:23 Diperbarui: 20 Desember 2021   15:09 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Koruptor Tersenyum?

Inilah contoh perilaku mereka yang sangat "menyakitkan" bagi upaya kita memberantas korupsi, yang tak akan pernah berhenti, dan juga tak akan pernah berhasil. Apalagi sejak kasus "cicak versus buaya", para koruptor jelas menunjukkan jati diri kepada publik, siapa mereka dan betapa kuatnya mereka. 

Bahkan lembaga anti rasuh paling "keren" di Indonesia, KPK diobok-obok, di isi petinggi baru yang semuanya makin membuat publik tak mengenali, apakah itu lembaga KPK yang dulu kita punya?.

Para koruptor mendapat "hak privilege" yang "diciptakan dan dipaksakan" sebagai warga kelas satu. Berbeda dengan maling ayam yang dikejar untuk digebuk, koruptor di kejar wartawan untuk di foto.

Hak istimewa sosial atau privilese sosial merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, namun tidak dimiliki oleh pihak lainnya. Hak ini bisa muncul dari hasil stratifikasi sosial dengan adanya perbedaan akses untuk memperoleh barang dan mendapatkan layanan yang sama.

Pertama; Digelandang layaknya artis

Sejak di gelandang KPK dari ruang lobby hotel, dari rumah, dari apartemen, dari rumah istri kedua, ketiga dan seterusnya, dari tempat plesiran, dengan prosedur Operasi Tangkap Tangan (OTT). Senyum selalu mengembang-ada yang bilang cengengesan, ketika diburu wartawan. Dengan rompi orange yang bikin tambah percaya diri, bertulisan bordir tebal di punggung "Tahanan KPK".

Lantas sidang diundur karena pemeriksaan berkas, karena sakit dadakan. Bahkan dalam kasus koruptor yang benjol gara-gara menabrak tiang listrik yang tak bersalah, lantas dirawat inap dengan diagnosa hipertensi, vertigo dan diabetes, semua percaya pada tipu muslihat itu. 

Meskipun pada akhirnya ia mengakui bahwa benar ia bersalah. Pertama, menabrak tiang yang tidak bersalah, dan kedua melakukan tindak korupsi maha dasyat. Semua itu akan dikurangi dengan masa tahanan setelah ketuk palu.(kabar24.bisnis.com)

Kedua; Tinggal di Prodeo Bintang 5

Bayangkan saja, sebuah prodeo tidak saja dilengkapi gadget, jaringan tivi dan komunikasi satelit, fasilitas mini bar, fitness center mini, dan mini badroom luks, maka jadilah prodeo layaknya sebuah mini apartemen. Dan uniknya akses ke prodeo itu luar biasa susahnya, karena harus "dikondisikan" dengan jenis tamunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun